Asah Insting Mencipta Peluang

- Senin, 4 November 2019 | 10:24 WIB

BERBISNIS dengan komoditas yang minim pesaing, tak melulu berjalan lancar. Pasang surut tetap dihadapi para penggiatnya. Seperti yang dirasakan Hery Romadan, sang pebisnis herba tahongai.

Tiga tahun pertama sejak menapaki karier bisnis tanaman obat pada 2007 jadi fase terberat kisah bisnis Hery. Apalagi semua itu dia mulai dengan modal nekat. Yang penting ada produk bermutu dan bermanfaat, semua dirasa akan baik-baik saja.

Namun, kenyataan tak seindah harapan. Apa yang dia sempat sepelekan terjadi. Dia kebingungan memasarkan produknya agar lebih dikenal luas oleh publik. Apalagi pada awal bisnisnya, media sosial tidak secandu saat ini.

“Rintangan datang silih berganti. Meski tetap terjual, tapi pendapatan yang masuk tidak sebanding biaya yang harus dikeluarkan. Semisal, mulai bahan, sampai upah karyawan,” tuturnya.

Belum lagi, dia pernah merasakan pahitnya ditolak saat menawari kemitraan. Ada pula kesulitan mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang mendukung. Ilmu berbisnis yang kala itu masih dangkal mendapat pukulan telak.

“Kalau biasanya para pimpinan yang menolak calon karyawan karena tenaga yang dibutuhkan sudah memadai. Saya malah mencari dan meminta bantuan sana-sini karena pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran,” kenangnya seraya menggeleng-geleng.

Tak ingin berlarut dalam kemerosotan, Hery kemudian belajar berbisnis. Autodidak. Studi literasi. Mengulas berbagai buku. Hingga akhirnya Hery menyimpulkan, tingkat kelarisan produk sangat bergantung pada cara promosi sang pengusaha. Semakin gencar berpromosi, semakin banyak yang mengetahui, kelak bertambah pula pelanggan.

“Akhirnya setelah belajar bisnis, saya mulai belajar menggunakan media sosial. Buka akun untuk mempromosikan produk. Promosi yang paling terasa efeknya yakni ketika dia mulai rutin memasang advertorial di Kaltim Post. “Sejak itu pelanggan semakin membeludak. Makanya saya juga berterima kasih kepada Kaltim Post,” jelasnya lantas tersenyum.

Sebagai pebisnis, Hery menyadari harus selalu bergerak. Selalu berada di depan. Demi bisnis terus berkembang. Menurutnya, seorang pengusaha harus selalu mengasah ketajaman pikiran dan feeling dalam menangkap fenomena sebagai peluang.

“Orang lain masih terlelap, kita bergerak. Saat yang lain bergerak, kita bertindak. Pas orang lain baru bertindak, kita sudah sukses. Harus inisiatif, dengan demikian predikat pionir selalu melekat dalam diri,” jelasnya.

Kunci penting lainnya, yakni menciptakan peluang. Tidak ada istilah mencari peluang dalam kamus bisnisnya. Dia juga menuturkan, begitu banyak orang yang gagal berbisnis karena terlalu banyak pertimbangan. Baginya, pertimbangan itu lumrah, terpenting adalah banyak di prakteknya.

“Kalau enggak bisa jadi yang pionir atau the first, coba berusaha be the best di antara yang sudah ada. Kalau dirasa tidak sanggup jadi pertama, atau yang terbaik, Anda harus berani jadi yang berbeda,” pesannya.

Keberanian menciptakan pasar menjadi kunci keberhasilan yang dipegang teguh Hery. Sayangnya, hanya sedikit orang yang sepemikiran dengannya. Padahal, tak ada yang perlu ditakuti untuk menjalankannya.

Baginya, menciptakan dengan mencari sama-sama sulit dan berat. Tapi, Hery merasa hasilnya jauh lebih memuaskan dengan menciptakan. Oleh sebab itu, Hery menegaskan agar peluang jangan dicari, melainkan diciptakan. (*/nul/ndy)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X