BERDAYA DARI CINTA HERBA

- Senin, 4 November 2019 | 10:23 WIB

Siapa sangka ketertarikan terhadap tanaman obat mampu mengubah hidup Hery Romadan. Sang pria bersahaja yang kini sedang menyemai manisnya bisnis herba.

KELUAR-masuk hutan tak ubahnya aktivitas umum bagi Hery muda, si mahasiswa Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Unmul) angkatan 1996. Ditambah dia juga aktif di organisasi yang rutin menerabas rimba untuk kepentingan survei. Matanya terbiasa dengan kehijauan tanaman tropik Bumi Etam.

Hanya, di antara ribuan jenis tumbuhan yang dia lihat, tanaman obat paling menarik perhatiannya. Sebuah tanaman obat di hutan tepian Sungai Mahakam pada 1997 yang pertama kali membuat pandangannya tak berpaling cukup lama. “Lupa namanya. Tetapi itu yang pertama,” kenangnya saat berbincang dengan Kaltim Post, Rabu (30/10).

Di tengah kesibukan itu, dia pun mulai mengulik informasi seputar tanaman obat. Studi literasi sana-sini dia jalani. Perbendaharaan jenis tanaman obatnya kian kaya. Bahkan membuatnya percaya diri untuk mengajukan objek favoritnya itu sebagai materi tugas akhir, skripsi.

Cerita unik dia dapati karena pilihannya meneliti objek yang masih jarang dijamah dunia akademik. Dia kesulitan menemukan dosen pembimbing yang berkompeten. Untungnya di Fahutan ada seorang. “Itu pun statusnya hanya pernah meneliti. Beliaulah dosen pertama saya,” ucap pria 44 tahun itu.

Adapun dosen pembimbing kedua, dia temukan dari fakultas lain. Dari Fakultas Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). “Cukup menggambarkan bahwa zaman itu tanaman obat memang masih belum jadi perhatian,” imbuhnya. Berkat skripsinya itu, dia pun lulus pada 1999.

Lepas dari dunia perkuliahan, Hery tetap masih intens keluar-masuk hutan. Dia terlibat dalam lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menggeluti bidang konservasi orang utan. Di situlah kecintaannya terhadap tanaman obat tetap bersemi. Semakin bermekaran malah. “Bolak balik hutan dan menemukan tanaman-tanaman yang belum saya ketahui saat kuliah. Semakin jatuh hati sama tanaman obat,” tambahnya.

Sekian tahun berjalan, langkah berani lainnya dia ambil. Menjadikan kecintaannya itu sebagai bisnis. Setelah setahun membayangkan dan merancang bangun bisnisnya, pada 2007, dia melangkahkan kakinya untuk pertama kali di dunia bisnis tanaman obat. Dia mendirikan CV Abihira Herba Center.

Tanaman obat jenis tahongai jadi pilihannya. Dulu, tumbuhan perdu itu banyak tumbuh di pinggiran sungai. Hery pun menggaet seorang guru besar dari almamaternya yang spesialis meneliti tentang tahongai.

Produk pertamanya adalah tahongai yang dipadukan dengan jahe merah. Dia labeli karyanya itu dengan nama sahira, terinspirasi dari nama anak sulungnya, Sahira Fara Nabila. “Kalau jahe merah saja kan banyak dijual di pasaran. Jadi saya mau buat yang unik dan berbeda. Luar biasa, alhamdulillahlaris,” ungkapnya seraya tersenyum bangga.

Bisnis berkembang, varian produk pun semakin jamak. Meski, dia mengakui tidak mudah menciptakan produk dengan basis bahan tahongai. Bukan soal masa produksi. Hal yang paling menantangnya adalah mengumpulkan dan mempelajari data serta informasi yang lebih dalam tentang fungsi tahongai. “Itu yang cukup memakan waktu lama,” jelasnya.

Dia benar-benar ingin habis-habisan dalam tahap penelitian. Itu demi memastikan produk yang dia jual punya kualitas yang teruji dan bermanfaat untuk masyarakat. (*/nul/ndy)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X