Atasi Ngilu Geraham Bungsu

- Senin, 4 November 2019 | 10:21 WIB

SEDERHANANYA, perikoronitis adalah kondisi gigi yang meradang hingga menyerang jaringan gusi pada gigi geraham bungsu. Letaknya paling dalam dan tumbuh terakhir. Perikoronitis terjadi karena gigi ingin keluar tapi tidak ada tempat yang tepat. Gusi juga bisa menutup gigi yang kemudian menciptakan benjolan dan jadi kemerahan. Biasanya juga mengeluarkan nanah.

Normalnya, seseorang memiliki 32 gigi. Namun, ada juga yang idealnya berjumlah 28. Dokter gigi Rika Novalita menyebutkan, masing-masing orang memang bisa mempunyai jumlah gigi berbeda. Tak menutup kemungkinan bahwa orang yang giginya ada 28 bisa tumbuh geraham bungsu pada kisaran usia 17–25 tahun. Demi memastikan hal tersebut, bisa dengan rontgen foto.

“Kondisi ini jelas menyebabkan susunan gigi tidak sempurna. Ada dua solusi yang bisa mengatasi perikoronitis. Pertama, mencabut gigi dan kedua memotong gusi,” ungkap Rika saat ditemui Kaltim Post awal pekan lalu.

Kebanyakan kaum pria jarang merasakan sakit karena mempunyai rahang yang lebih lebar sedangkan perempuan justru sebaliknya. Ditegaskan Rika, tidak semua pertumbuhan gigi geraham bungsu itu disertai rasa sakit atau bengkak. Seandainya ruang gigi untuk tumbuh itu cukup, maka tak akan sakit. Perikoronitis tidak hanya berlaku bagi gigi yang baru mau keluar.

Sebagai contoh, misalkan gigi A keluar, tapi didiamkan dalam jangka waktu tertentu. Namun, dikonsultasikan ke dokter dan memutuskan untuk meminum obat saja. Lama-kelamaan gigi geraham bungsu keropos. Setelah habis, akan meninggalkan sisa akar tapi gusinya tetap menutupi.

Kembali pada solusi mengatasi perikoronitis, kebanyakan kasus yang kerap ditemukan memang menempuh cara pencabutan gigi. Sebab, kehadiran gigi geraham bungsu tidak seberapa penting. Sekalipun dicabut, penggunaan gigi palsu sebagai pengganti tidak selalu menjadi pilihan.

Terlebih lagi, tak semua orang memiliki gigi geraham bungsu. Keluhan ini hanya bisa dirasakan oleh orang yang beranjak dewasa. Selain dicabut, gusi bisa dipotong atau dibuang. Istilah kedokterannya adalah operkulum alias pembedahan gusi. Sebab, ada pasien yang tak mau gigi geraham bungsunya dicabut karena alasan tertentu.

“Meskipun dalam prosesnya sudah dianastesi, gusi yang dipotong tetap ada konsekuensinya. Ada kemungkinan kondisi ini terjadi lagi, sehingga tidak bisa dipastikan kapan munculnya di kemudian hari. Intinya, lihat lagi pada keluhan. Jadi, lebih baik dicabut supaya tidak kerja dua kali,” lanjut perempuan berhijab itu.

Gejala perikoronitis dibagi menjadi dua yakni akut dan kronis. Dikatakan akut pada saat gigi geraham bungsunya tumbuh. Adapun kronis, kondisinya sudah tersisa akar karena sudah didiamkan dalam waktu lama. Khusus kronis, tidak bisa dengan cara merapikan gusi. Harus dicabut semua sisa akarnya. Oral hygiene yang buruk bisa jadi faktor pemicu. Gigi yang tak maksimal dibersihkan bisa meninggalkan sisa. Apalagi menyikat gigi ke arah belakang agak susah dan sisanya masuk ke jaringan gusi.

“Kalau gejalanya masih akut, dianjurkan minum obat sebelum dicabut. Seminggu kemudian, baru bisa ditindak. Jangan setelah rasa sakitnya hilang, malah enggak ke dokter lagi. Kalau merasa ada keluhan, langsung saja ke dokter agar cepat ditangani. Waktu pemulihan berkisar 1-2 minggu. Bergantung pasien,” pungkasnya. (*/ysm/ndy/k16)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X