Penurunan Fed Rate Beri Ruang Tumbuh

- Sabtu, 2 November 2019 | 10:55 WIB

KEBIJAKAN bank sentral AS The Fed memangkas suku bunga acuan 25 basis poin ke kisaran 1,5–1,75 persen membawa angin segar bagi Indonesia. Penurunan suku bunga The Fed kali ketiga tahun ini tersebut memberikan ruang kepada Indonesia untuk memacu ekonomi.

“Momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan perekonomian, terutama dari sisi investasi,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Kamis (31/10).

Penurunan suku bunga, lanjut dia, bakal membuat cost of money lebih rendah. Pihaknya berharap momen ini muncul pada akhir 2019 dan akan terus dijaga hingga 2020. “Kalau dilihat dari sisi kemungkinan policy dari RRT dengan AS bisa sepakat (perang dagang), tentu kita berharap momen positif ini menguat,” tuturnya.

Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menuturkan, penurunan suku bunga acuan The Fed ini harus dimanfaatkan perbankan maupun dunia usaha untuk mendorong ekonomi domestik. Pelonggaran kebijakan moneter itu pasti bakal diikuti Bank Indonesia (BI) sehingga memberikan ruang lebih besar bagi pertumbuhan ekonomi. “Ada ruang cukup besar dengan penurunan suku bunga The Fed yang akan ditransmisikan ke penurunan BI rate,” jelasnya.

Karena itu, Wimboh menekankan bahwa pengusaha sebaiknya tidak melewatkan momen ini untuk melakukan ekspansi sekaligus investasi baru. Hingga akhir September ini, kredit investasi mencatat pertumbuhan signifikan, yakni mencapai 12 persen. “Tandanya, sektor riil sudah mulai investasi. Kalau investasi, biasanya akan timbul dampak peningkatan kredit modal kerja. Ini tanda bagus ekonomi menggeliat,” ujarnya.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga optimistis kondisi ekonomi Indonesia tetap terjaga hingga akhir tahun ini. Terlebih, bank sentral telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan momentum pertumbuhan di dalam negeri. BI sejauh ini memangkas suku bunga acuan 100 basis poin (bps) selama empat bulan berturut-turut hingga di level 5 persen. Pelonggaran likuiditas juga diberikan dengan menurunkan giro wajib minimum (GWM).

Perry pun yakin, inflasi terkendali di level 3,3 persen. Angka itu masih terjaga dari sasaran pemerintah 3,5 persen dalam APBN 2019. “Inflasi sampai akhir tahun 3,3 persen. Tahun depan 3 persen, rendah dan stabil, sehingga mendorong daya beli,” tuturnya.

Bank Indonesia (BI) memberi sinyal rupiah berpeluang menguat ke bawah Rp 14 ribu per dolar AS. Penguatan yang berkelanjutan berpotensi terjadi berkat sentimen positif dari stabilitas ekonomi domestik. "Ada indikasi atau ruang bagi rupiah untuk menguat, dengan tentu saja inflasi kita yang lebih rendah dan juga prospek ekonomi yang cukup baik," ujar Perry Warjiyo.

Beberapa hari terakhir, rupiah bergerak stabil di kisaran Rp 14 ribu hingga Rp14.100 per dolar AS. Penguatan tersebut terjadi berkat aksi jual beli sesuai mekanisme pasar. Melihat hal itu, Perry meyakini penguatan rupiah akan berlanjut sehingga dapat mendukung aktivitas bisnis. "Begitu (rupiah) di bawah itu (Rp14 ribu per dolar AS), sejumlah korporasi yang membutuhkan dolar meningkatkan pembelian baik untuk impor atau pembayaran," jelasnya.

Di sisi lain, sisi eksportir memberikan pasokan dolar AS sehingga mendukung stabilitas kurs. Dari sisi eksternal, kurs rupiah juga mendapatkan sentimen positif dari pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS The Federal Reserves sebesar 25 basis poin pada Kamis (31/10) kemarin. Kondisi itu mengurangi pelarian modal dari aset-aset rupiah.

Kendati demikian, Perry menilai penurunan suku bunga acuan AS dampaknya tidak terlalu besar pada pasar keuangan di Indonesia. Sebab, pelaku pasar sudah mengantisipasinya.

Sebagai informasi, kemarin kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di level Rp 14.066 per dolar AS, melemah dari posisi kemarin Rp 14.008 per dolar AS. (jpg/ndu2)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

BPJS Ketenagakerjaan Perkuat Kerja Sama dengan SRC

Jumat, 29 Maret 2024 | 14:49 WIB

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB
X