GERD dan IBS, Dua Masalah Pencernaan Anak

- Senin, 28 Oktober 2019 | 13:38 WIB

ADA dua penyakit pencernaan yang lumayan sering menyerang anak yakni gastroesophageal reflux disease (GERD) dan irritable bowel syndrome (IBS). Dijelaskan dr Diane Meytha Supit, SpA(k), terjadinya GERD berdasar pada fisiologis dan patologis. Sebagai contoh, fisiologis biasanya menyerang bayi.

Pada umumnya, bayi gumoh dan itu normal terjadi. Dinding ususnya pun belum bagus sehingga berpengaruh pada pergerakan usus. Walhasil, makanan atau minuman yang sudah dikonsumsi bisa kembali naik ke kerongkongan. Jika berdasar pada patologis, berarti sudah ada gejala dan keluhan.

“Biasanya bayi dan anak bakal rewel atau menangis. Namun, harus dicari tahu dulu penyebab rewelnya itu karena apa. Kalau kasusnya seperti GERD, sudah pasti terjadi muntah dan susah makan. Gejala lain, bisa dilihat dari berat badan yang tidak optimal karena gizi berkurang. Ini yang paling sering ditanyakan orangtua,” ungkap Diane ditemui di Apotek Immanuel Samarinda.

Namun, GERD masih belum diketahui penyebab pastinya. Dokter masih bisa mendiagnosis dari pemantauan yang bernama esophageal pH. Akan diperiksa untuk mendeteksi asamnya dan nilai indeks refluksnya. Kalau keadaan normal dan bagus, jumlahnya akan kurang dari 15 persen. Sementara yang dipicu penyakit, sekitar 5–10 persen.

Hindari makanan pedas dan asam. Diungkapkan Diane, kasus GERD yang fisiologis banyak ditemukan di Samarinda, tapi yang patologis terbilang jarang.

“Kalau memang sudah parah, harus segera diobati. Kalau anak yang usianya lebih besar, mereka sudah bisa menyampaikan keluhan. Susahnya itu pada bayi karena belum bisa mengomunikasikan secara langsung, maka harus lebih peka dilihat. Gejala seperti muntah dan rewel itu sudah bisa jadi clue,” imbuhnya.

Diane menyarankan, khususnya pada penderita yang masih bayi agar tetap diberikan ASI eksklusif. Tidak ada alasan berhenti memberikan ASI atau susu formula. Kemudian, kalau GERD diperkirakan lebih parah, baiknya orangtua jangan panik. Berikan bayi thickening milk dengan cara menambahkan satu sendok tepung beras ke dalam 100 ml susu formula standar. Pastikan pula posisi saat tidur agar mengurangi keinginan gumoh.

Kini beralih ke IBS. Kata syndrome di situ menunjukkan bahwa gejalanya lebih dari satu. Contohnya, kondisi kembung di perut, nyeri di perut, dan semua gejala yang berkaitan erat dengan pencernaan. Oleh sebab itu, cara mengatasinya bisa dengan menjaga gaya hidup dan pola makan.

Pengaruh psikologis juga bisa jadi pemicu IBS. Misalkan, anak dalam keadaan stres, emosi bergejolak, bisa membuat IBS memburuk dan tambah mengganggu sistem pencernaan. Tak hanya itu, misalkan sudah terjangkit IBS, infeksi pun bisa turut memicu. Begitu pula dengan faktor genetik. Kalau orangtuanya pernah mengalami IBS, faktor risiko itu bisa turun pada anak.

“Cara mendiagnosis IBS itu bernama criteria rome. Dari situ akan ketahuan apakah benar-benar mengalami IBS atau bukan, tapi memang di sini masih jarang. Inti dari semuanya, harus menjalani hidup sehat agar terhindar dari penyakit yang sudah dibahas ini. Lebih baik mencegah daripada mengobati,” pungkas Diane. (*/ysm*/rdm2/k16)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X