Cerita Nikolas Itlay, Pemuda Papua yang Berkorban demi Warga saat Rusuh Wamena

- Senin, 28 Oktober 2019 | 10:18 WIB

Seandainya Nikolas Itlay telat mengambil keputusan evakuasi, ratusan nyawa bisa terancam. Dia berharap dampak kerusuhan Wamena tak merusak harmoni lintas etnis di distrik yang dia pimpin. 

 

DI tangan kanan mereka tergenggam parang. Dan, ada jeriken berisi bahan bakar di tangan kiri. Nikolas Itlay mengingat, massa dalam jumlah antara 200-300-an orang itu mengenakan seragam sekolah. Tapi, dengan postur yang agak tidak lazim. “Mereka anak-anak sekolah yang tidak pernah saya lihat,” kata kepala Distrik Hubikiak, Kabupaten Jayawijaya, Papua, itu.

Namun, bukan itu yang paling dia cemaskan. Melainkan sasaran serangan kekerasan yang sangat spesifik: warga pendatang. Padahal, Hubikiak adalah distrik tempat bermukim ribuan pendatang dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa yang berdampingan dengan warga setempat.

Insting dan nyali Itlay sebagai pemimpin pun langsung tergerak. Semua warga non-Papua dia kumpulkan. Kemudian dievakuasi melalui Kali Hetuma. Menuju ke gereja terdekat, Lachai Roi, yang terletak di tepian kali tersebut. Tindakan itulah yang akhirnya menyelamatkan banyak nyawa. “Harus lewat sungai karena melalui jalan sudah tidak memungkinkan,” katanya kepada wartawan Jawa Pos Syahrul Yunizar sekitar dua pekan lalu (8/10).

Pada 23 September itu, Wamena, ibu kota Jayawijaya, memang membara. Dipicu rumor pelecehan rasial di salah satu sekolah, yang belakangan disebut pemerintah sebagai hoaks, kerusuhan meluas.

Korban tewas mencapai puluhan. Sedangkan ribuan warga, mayoritas non-Papua, mengungsi dan meninggalkan Wamena. Semua itu selama ini tak terbayangkan di Hubikiak. Tempat di mana 17 ribuan warga dari berbagai etnis hidup dalam harmoni. Sepanas apapun kondisi yang terjadi di Wamena tak pernah sampai ke Hubikiak.

Sampai ketika pada Selasa pagi (22/10) itu saat Itlay selesai memimpin apel. Biasanya, setelah selesai apel, pria 38 tahun yang sudah dua periode memimpin Hubikiak itu akan mencurahkan waktu untuk melayani masyarakat.

Tapi, tidak pagi itu. Massa yang entah dari mana datangnya mengepung Itlay dan para warga Hubikiak. Memang yang disasar para pendatang, tapi aksi massa tersebut yang membakar gedung, ruko, dan rumah-rumah membuat sebagian warga lokal khawatir. Jadilah mereka ikut dalam rombongan yang dievakuasi Itlay ke gereja.

Kelompok massa penyerang terus membayangi. Mereka berlarian pelan, mengikuti aliran Kali Hetuma sampai di belakang gereja. Itlay sadar, ada risiko massa mengetahui jalur evakuasi yang dia pilih. Tapi, dalam situasi terjepit saat itu hanya Kali Hetuma paling aman untuk menjauhkan massa dari masyarakat yang dia selamatkan.

Sementara dirinya bertahan dan mencoba menenangkan massa. ”Kalau kami di sini, kami angkat tangan masyarakat pasti diam,” ujarnya. Namun, itu tidak terjadi. Amuk massa tetap berlanjut. Belakangan, setelah massa berhasil dikendalikan sekaligus dipukul mundur aparat keamanan, Itlay sadar.

Massa yang mengamuk itu tidak semuanya masyarakat Hubikiak. Banyak di antara mereka datang dari luar. Yang entah dari mana asalnya. ”Mereka bukan masyarakat lembah,” kata ayah dua anak itu.

Dari serangan pada Selasa pagi itu, tiga orang warga Hubikiak meninggal. Itlay tidak ingat pasti berapa jumlah orang yang berhasil dia evakuasi kala itu. Sekitar ratusan, mayoritas warga pendatang. Tapi, ada juga warga lokal. Itlay tak bisa membayangkan seandainya dia tidak mengambil risiko menyelamatkan para pendatang lewat sungai. Atau telat melakukannya.

Di luar itu, yang sangat dia cemaskan dari kejadian itu adalah rusaknya jalinan persaudaraan lintas etnis penghuni Distrik Hubikiak yang berjarak sekitar 3 kilometer dari pusat Kota Wamena tersebut. Padahal, selama dua periode memimpin, itulah yang selalu berusaha dia rawat dan jaga.

Setelah kerusuhan, dia belum tahu pasti jumlah masyarakat pendatang yang tersisa di Hubikiak. Banyak di antara mereka memilih ke luar Jayawijaya. Mereka meninggalkan Hubikiak, meninggalkan Wamena yang sudah jadi tempat tinggal. ”Tapi, ini sementara saja. Kami juga paham,” ujarnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X