Bikin Jejaring lewat Pameran

- Jumat, 25 Oktober 2019 | 11:29 WIB

SURABAYA – Indonesia menempati peringkat ke-5 daftar negara dengan jumlah start-up terbesar di dunia versi Startup Ranking. Sampai Maret lalu, ada 2.074 start-up digital di tanah air. Sebanyak 11,39 persen berasal dari Jawa Timur (Jatim).

”Potensi Jatim untuk melahirkan start-up sangat besar,” kata Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak saat membuka Startup Festival 2019 di Grand City, Surabaya, kemarin (24/10). Apalagi, anak-anak mudalah yang lebih banyak berkecimpung di dunia start-up tersebut. Jika dibandingkan dengan Jakarta yang kontribusinya mencapai 52,62 persen, jumlah start-up Jatim memang masih kecil. Namun, Emil optimistis angka itu akan meningkat seiring berjalannya waktu.

Untuk mengembangkan start-up di Jatim, pemerintah provinsi (pemprov) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian. Lewat program bertajuk Startup for Industry, Emil dan pemerintah pusat berusaha mengawinkan perusahaan rintisan berbasis teknologi dengan industri kecil dan menengah atau IKM.

”Mereka harus bersinergi agar bisa sama-sama naik kelas,” kata Emil. Festival empat hari itu, menurut dia, sangat efektif untuk membangun jejaring. Sebab, banyak pelaku usaha di sana. Dalam pameran tersebut, para pelaku usaha bisa bekerja sama atau berkolaborasi agar bisnis yang satu dan lainnya sama-sama tumbuh.

Start-up teknologi yang fokus pada 3D printing dan desain bisa berkolaborasi dengan IKM tas. Nanti tas yang sudah diberi sentuhan 3D itu punya nilai jual lebih tinggi. ”Kami juga ingin IKM semakin sadar bahwa memanfaatkan teknologi itu penting,” tegas Emil.

Kemarin Pemprov Jatim juga kembali mengangkat Millennial Job Center (MJC). Itu merupakan lembaga pelatihan yang sudah beroperasi sejak Mei lalu. MJC memiliki banyak mentor berpengalaman yang dapat memberikan beragam bimbingan kepada para start-up muda. ”Selain itu, yang belum kerja enggak usah khawatir. Mereka bisa jadi freelancer,” kata Emil.

Startup Festival 2019 menghadirkan puluhan stan industri kreatif dari berbagai kalangan. Misalnya, koperasi mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya. Ada juga stan usaha milik pondok pesantren. ”Macam-macam produknya. Semua ini supaya industri kreatif Jatim bisa lebih bergairah dan dikenal luas,” tutur Ki Agus Firdaus, ketua panitia penyelenggara.

Produk-produk yang dipamerkan di stan pondok pesantren terkumpul berkat program One Pesantren One Product (OPOP). Direktur OPOP Training Center Mohammad Ghofirin menyatakan antusias untuk ikut pameran tersebut. Tujuannya, memperluas pasar. ”Kalau pemerintah, kampus, dan lembaga pendukungnya semangat,” ujarnya. Dia berharap target menciptakan 1.000 produk unggulan pesantren pada 2023 bisa terwujud. (car/c6/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X