Puting Beliung Berpotensi Terulang di Jawa

- Selasa, 22 Oktober 2019 | 13:46 WIB

FENOMENA angin ribut dan kebakaran di Pulau Jawa adalah bagian dari proses transisi dari musim kemarau ke musim hujan. Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R. Prabowo, saat ini ada aliran angin kencang di utara pulau Jawa dengan kecepatan 20 hingga 25 Knot. ''Bahkan di Laut Jawa bisa mencapai 35 knot,” jelasnya.

Selain itu, semakin panjangnya Hari Tanpa Hujan (HTH) yang dialami oleh Jatim turut meningkatkan Fine Fuel Moisture Code atau kemudahan terbakar di vegetasi daerah pegunungan atau dataran tinggi. Prabowo menyebut, kelembapan udara yang sangat rendah di wilayah Jawa menyebabkan sinar matahari yang terik mulai siang hingga menjelang sore.

Untuk angin ribut di wilayah Kota Batu, menurut Prabowo, dipicu beberapa faktor. Faktor internal, antara lain, kondisi topografi yang berupa pegunungan. Kemudian, ada faktor tutupan lahan di kawasan Kota Batu. Menurut Prabowo, bisa saja Kota Batu awalnya adalah daerah hutan yang berfungsi menyerap radiasi sinar matahari. Namun, pada perkembangannya, bukaan lahan menyebabkan daerah tutupan hutan semakin lama semakin sempit. ''Bisa karena konversi menjadi lahan pertanian, perkebunan, atau malah kawasan pemukiman dengan banyak sekali bangunan,” jelasnya.

Dengan kondisi seperti itu, menurut Prabowo, permukaan bumi di sekitar Kota Batu menerima radiasi sinar matahari yang lebih. Akibatnya, suhu permukaan meningkat. Itu memicu pola udara bertekanan rendah di sekitar wilayah Kota Batu.  Angin yang bertiup begitu kuat, kata Prabowo, disebabkan oleh perbedaan tekanan udara antara Kota Batu dan wilayah sekitarnya. Hal itu memicu angin bergerak dari wilayah bertekanan tinggi (sekitar Batu) dan tersedot masuk ke wilayah bertekanan rendah, yakni Kota Batu sendiri.        Namun, fenomena itu biasanya hanya terjadi pada skala lokal.

Pada musim pancaroba ini, kata Prabowo, masih memungkinkan terjadi angin puting beliung serupa. Di Kota Bogor, misalnya, terjadi puting beliung karena ada akumulasi awan kumulonimbus di sekitar Jabodetabek. (tau/oni) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Desak MK Tak Hanya Fokus pada Hasil Pemilu

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:36 WIB

Ibu Melahirkan Bisa Cuti hingga Enam Bulan

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:30 WIB

Layani Mudik Gratis, TNI-AL Kerahkan Kapal Perang

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:17 WIB

IKN Belum Dibekali Gedung BMKG

Senin, 25 Maret 2024 | 19:00 WIB

76 Persen CJH Masuk Kategori Risiko Tinggi

Senin, 25 Maret 2024 | 12:10 WIB

Kemenag: Visa Nonhaji Berisiko Ditolak

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:50 WIB
X