Ternyata Setelah Politik, Inilah Hoax yang Paling Banyak

- Selasa, 22 Oktober 2019 | 13:42 WIB

JAKARTA– Isu kesehatan kerap jadi “gorengan” penyebaran hoax. Entah soal makanan, penyakit tertentu, sampai pelayanan kesehatan. Tak heran jika hoax kesehatan jadi salah satu yang tertinggi dalam setahun terakhir.

”Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, sepanjang Agustus 2018 – Februari 2019, hoaks terkait kesehatan menjadi salah satu hoaks tertinggi setelah hoax politik,” ujar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito, di Jakarta.

Hal ini sejalan dengan jumlah penerbitan surat klarifikasi BPOM terkait hoax obat dan makanan yang beredar di masyarakat selama 2017-2018. Setidaknya, ada 29 penjelasan yang dikeluarkan oleh BPOM guna meluruskan isu kesehatan meresahkan masyarakat.

Diakuinya, hoax merupakan teror informasi yang sangat mengerikan. Apalagi soal obat dan makanan. Pemahaman yang keliru dapat menjadi landasan pengambilan keputusan yang salah dalam mengonsumsi obat dan makanan. ”Dan ini kerap kali berulang dari tahun ke tahun,” keluhnya.

Karena itu, lanjut dia, guna menangkal hoax ini butuh kerja sama semua pihak untuk melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat. Membuat masyarakat tahu bagaimana mencari informasi yang benar terkait obat dan makanan. Sehingga, tak mudah percaya dengan isu-isu yang beredar di media sosial.

Kemarin (21/10),  BPOM menggandeng Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) untuk memerangi hoax di bidang obat dan makanan. Melalui kerja sama ini, BPOM dan MAFINDO sepakat untuk menyediakan jalur komunikasi yang akurat dan terpercaya serta menyebarkan secara masif informasi yang benar atas hoax yang menyesatkan.

 “Mari kita putus mata rantai hoaks. Demi kita, keluarga dan orang-orang di sekitar kita.” pungkasnya.  Ketua Presidium MAFINDO Septiaji Eko Nugroho mengatakan, hoax di media sosial memang sudah sangat meresahkan. Setiap bulannya tercatat sebanyak 60-100 hoax yang mengotori ruang publik dalam dunia digital. ”Pada tahun 2018, enam persennya terkait dengan kesehatan yakni soal obat dan makanan,” ungkapnya.

Dia pun mengamini jika isu soal kesehatan dan hoax terkait obat dan makanan ini tidak boleh dianggap remeh. Karena seringkali hoax membawa unsur ketakutan dan juga kecemasan. Soal vaksin misalnya. Banyak orang ketakutan hingga akhirnya muncul penolakan di masyarakat. ”Dampaknya, muncul penyakit,” keluhnya. Oleh sebab itu, dia sepakat jika masalah hoax ini harus diperangi bersama. Masyarakat pun harus lebih cerdas dalam menerima informasi. Wajib cross check sebelum percaya dan menyebarkannya lagi. (mia) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X