Enam Bulan Tidak Dapat Air, Sawah Kekeringan

- Selasa, 22 Oktober 2019 | 13:34 WIB

AMLAPURA – Petani di Subak Sri Gangga, Banjar Bukit, Desa Bukit, Karangasem, merana. Sejak enam bulan, puluhan hektare sawah di subak tersebut kering akibat tidak kebagian air. Petani biasanya mengandalkan air sungai. Biasanya sungai mengalir karena hujan di hulu. Namun sejak kemarau tiba, petani memilih beranjak mencari pekerjaan lain.

Kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Senin (21/10), beberapa petani mengaku memilih bekerja serabutan. Ada juga petani yang masih berupaya bertani supaya lahan mereka tidak bera alias menganggur. Meski dengan kondisi minim air, petani memilih menanam bunga pacar, ada pula yang menanam jagung. Itu pun tidak semua tanaman bisa bertahan hidup.

Rumput-rumput kering yang ada di sekitar ladang juga dimanfaatkan petani. Sembari menunggu hujan, petani memilih membersihkan area sawah agar bisa dimanfaatkan lagi. Rumput-rumput kering atau masih hijau dikumpulkan untuk dijual ke seseorang yang punya hewan ternak.

Cara ini dilakukan agar petani tetap dapat penghasilan. Sebab selama musim kering ini, petani tidak bisa beraktivitas. "Saya kerja serabutan. Nah kenken men, megae suba ten ngidang. Anak asiki doen (Ya bagaimana lagi. Kerja sudah tidak bisa, cuma satu ini saja," keluh seorang petani, Made Pasek, asal Banjar Bukit, Desa Bukit.

Kekeringan memang jadi langganan tahunan bagi petani di Desa Bukit. Petani hanya bisa menanam padi pada bulan-bulan tertentu, terutama saat ada hujan. Subak Sri Gangga didominasi tanaman padi dengan menyesuaikan pola tanam padi-palawija-padi.

Beberapa di antara mereka sudah ada yang berusaha menanam palawija. Hanya saja, kontur tanah di Desa Bukit cenderung berbatu karena ada di lereng perbukitan. "Petani nunggu sampai ada hujan baru bisa bertani lagi," sebut Pasek.

Petani lainnya, Surya, mengaku sudah biasa dengan kondisi ini. Hanya saja, petani berharap ada bantuan dari pemerintah agar petani yang tak bisa beraktivitas diberikan bantuan bibit palawija supaya petani tidak menganggur. "Mungkin ada teknologi untuk pertanian lahan kering. Kami mohon bantuan bibit palawija atau yang lainnya," ungkap Surya.

Beberapa petani yang terdampak lahan kering diharapkan bisa bersabar. Sebab berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, hujan diperkirakan terjadi dengan itensitas sedang dimulai akhir Oktober 2019. Sementara hujan dengan intensitas sedang bisa saja dimulai awal November atau Desember. (aka/aim)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

THR-Gaji Ke-13 Cair Penuh, Sesuai Skema Kenaikan

Minggu, 17 Maret 2024 | 07:45 WIB

Ini Dia Desa Terindah nan Memesona di Jawa Tengah

Sabtu, 16 Maret 2024 | 10:25 WIB

Cuaca Ekstrem Diprakirakan hingga Mudik Lebaran

Jumat, 15 Maret 2024 | 10:54 WIB
X