JAKARTA - Momen courtesy call yang dilaksanakan Presiden Joko Widodo dengan sejumlah kepala negara sahabat di Istana Merdeka, kemarin (20/10) tidak hanya untuk penyambutan. Namun juga dimanfaatkan untuk menjajaki kerjasama ekonomi.
Courtesy call dilakukan terhadap 13 kepala negara dan utusan yang ditemui secara khusus. Yakni lima kepala negara sebelum pelantikan, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Kamboja Hun Sen, Raja Eswatini Raja Mswati III sebelum pelantikan.
Kemudian tiga wakil Presiden, dan lima utusan negara usai pelantikan. Yakni wakil Presiden Tiongkok Wang Qishan, Wakil Presiden Viet Nam ??ng Th? Ng?c Th?nh, Wakil Presiden Myanmar Henry Van Thio, utusan Presiden Republik Korea Noh Young-min, utusan Presiden Filipina Theodoro Locsin, utusan PM Jepang Nakayama Norihiro, utusan Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Nahyan Mabarak Al Nahyan, dan utusan Presiden Amerika Serikat, Hon. Elaine L. Chao.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, kunjungan pemimpin negara sahabat memang dimaksudkan untuk menyampaikan ucapan selamat kepada Presiden Joko Widodo yang kembali dipercaya. "Beliau semuanya yakin bahwa presiden dan wakil presiden akan dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik," ujar Retno di Istana Merdeka.
Namun di luar itu, pembicarakan soal peningkatan kerja sama bilateral, utamanya di bidang ekonomi juga disampaikan. "Ke depan Indonesia akan terus memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara tersebut," sambung Retno.
Retno menambahkan, sejumlah tawaran proyek kerjasama bahkan sudah disampaikan. Salah satunya dengan menawarkan produk-produk strategis kepada PM Kamboja. "Termasuk di antaranya adalah dari PT Inka," tuturnya. Kereta produk Indonesia diharapkan dapat mendukung sarana transportasi di Kamboja.
Selain dengan Kamboja, tawaran juga Jokowi sampaikan saat bertemu Raja Eswatini. Di situ, Presiden menawarkan agar BUMN konstruksi Indonesia bisa menggarap proyek pembangunan di negara itu. Apalagi, Eswatini sedang gencar membangun infrastruktur.
"Presiden mengatakan kita tertarik untuk berpartisipasi di dalam pembangunan infrastruktur," tuturnya. Hal itu, lanjutnya, sejalan dengan fokus politik perdagangan luar negeri Indonesia yang ingin menggarap Afrika sebagai pasar baru.
"Dan saat ini sedang dilakukan pembicaraan antara Eswatini dengan PT Peruri untuk pencetakan. Terkait dengan dokumen-dokumen negara," pungkasnya. (far)