Amman Abdurrahman Pun Larang Anak Diajak Aksi

- Senin, 21 Oktober 2019 | 13:34 WIB

JAKARTA— Pelaku penusukan terhadap Mantan Menkopolhukam Wiranto Abu Rara melibatkan anaknya RA, 14, dalam aksi teror. Padahal, pemimpin ideologis Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Amman Abdurrahman sempat melarang melibatkan keluarga dalam sebuah aksi teror. Aksi teror melibatkan keluarga, apalagi anak itu harus dicegah dengan konter wacana.

Kabagpenum Divhumas Polri Kombespo Asep Adi Saputra menuturkan, anak Abu Rara saat ini sedang diikutikan program deradikalisasi. Hal tersebut dilakukan agar anak bisa lepas dari paham terorisme. ”Yang ditularkan oleh ayah dan ibunya,” tuturnya.

Memang Abu Rara memerintahkan RA untuk ikut menyerang anggota polisi saat penusukan terhadap Wiranto. Jadi, rencananya tidak hanya istrinya, anaknya juga harus menyerang memakai senjata tajam. ”Tapi, anaknya mengurungkan kiat karena tidak berani,” urainya.

Pengamat Terorisme Al Chaidar menuturkan, fenomena membawa keluarga, istri dan anak ikut dalam aksi teror ini jelas tidak memiliki landasan syariah. ”Maka, ini merupakan penyalahgunaan anak,” tuturnya.

Bahkan, Amman Abdurrahman beberapa kali menyampaikan pendapatnya. Tidak boleh membawa keluarga baik istri dan anak dalam melakukan jihad. ”Jihad versi kelompok tersebut ya,” paparnya dihubungi Jawa Pos kemarin.

Amman juga sempat menyebut bahwa orang yang melibatkan keluarga dalam aksi itu tidak paham dan bodoh soal ajarannya. ”Namun, mengapa walau pimpinan JAD itu melarang, tetap terjadi,” paparnya.

Kondisi itu kemungkinan besar diakibatkan minimnya konter wacana terhadap kelompok teroris. Al Chaidar menjelaskan bahwa seharusnya berbagai wacana di kelompok teroris itu dikonter dengan wacana yang benar. ”Dalam masalah ini, pernyataan Amman ini seharusnya diperkuat, tujuannya untuk mencegah anak diajak aksi teror,” tuturnya. 

Dia juga mengingatkan kepolisian untuk tidak memproses hukum anak Abu Rara. Menurutnya, seorang anak dalam kasus terorisme harus diposisikan sebagai korban. Dimana terjadi pemaksaan secara mental dan fisik. ”Yang lebih mengerikan pelakunya orang tuanya sendiri,” ungkapnya.

Kalau seorang anak tetap diproses hukum, justru akan makin menumbuhkan bibit terorisme dalam dirinya. Al Chaidar mengatakan, padahal anak itu harus diselamatkan. ”Jangan hanya ikut deradikalisasi, kedepannya perlu untuk dipikirkan bagaimana anak ini tetap sekolah dan sebagainya,” paparnya. (idr) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X