Sampah berhamburan di Sungai Sangatta sangat menyulitkan operator ponton yang mengemudikan alat penyeberangan tradisional tersebut. Hal itu terjadi sejak sepekan terakhir.
SANGATTA-Tidak ada yang tahu sampah dan tanaman eceng gondok dari mana asalnya. Biasanya, menurut penjelasan warga, sungai selalu bersih. Jika sampah tersangkut, sangat sulit membersihkan saat ponton di tengah sungai.
Keluhan sampah dan tanaman itu turut disampaikan penggiat daur ulang Sangatta Selatan, Tri Dina (37). Dia menyayangkan warga membuang sampah ke sungai. Tidak hanya eceng gondok yang memenuhi badan sungai, sampah rumah tangga banyak terlihat.
"Dulu sempat ada pengelolaan eceng gondok, tapi kenapa tidak berlanjut? Itu sayang sekali melihat banyaknya peluang di Kutim. Bahkan dulu narasumber didatangkan dari Jawa, tapi sekarang tidak ada kemajuan yang membina," ungkapnya.
Menurutnya, minimnya warga yang dibina juga semakin berkurang. Jadi, produk daur ulang tidak berubah secara signifikan. Jika melihat peluang bahan baku, di Sangatta cukup melimpah.
"Tidak ada yang berminat di sini (Sangatta), kalau pelatihan juga orangnya sama. Padahal kalau diolah bagus, tapi mungkin malas, apalagi cuaca tidak menentu, harus panas terus," tuturnya.
Padahal, sampah bisa diubah menjadi rupiah. Dari bahan plastik dapat menjadi barang berharga seperti dompet, tas, dan cover buku. Perempuan berhijab itu juga menjelaskan, eceng gondok yang saat ini memenuhi sungai dapat diolah menjadi tas, sendal, tikar, dan perabotan rumah.
"Kalau warga sadar, sampah itu bisa jadi uang. Selain itu, lingkungan bersih dan sehat," tutupnya. (*/la/dra2/k16)