BALIKPAPAN— Kondisi Kota Minyak sekitar 85 persen merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan yang cukup curam. Tak hanya rawan akan longsor, tapi juga banjir.
Belum lagi masalah sedimentasi yang membuat drainase kerap meluap hingga membuat genangan di jalan. Seperti yang tampak di Jalan Letjen Suprapto arah ke Jalan Yos Sudarso, Karang Anyar.
Tepat di lampu merah dekat persimpangan menuju Jalan Minyak dan Pandan Sari itu jalan beraspal tampak rusak dan berlubang. Genangan kerap terjadi, bahkan meski hujan hanya sebentar.
Kerap melintasi jalan tersebut, Sri Andi, salah seorang pengendara motor matic menuturkan merasa tidak lagi nyaman ketika melewati kawasan tersebut.
Ia mengatakan, jalan tersebut merupakan cara tercepat menuju kantornya dari rumahnya yang berada di kawasan Pandan Sari. Lanjutnya, genangan dan jalan rusak mulai terjadi seiring adanya proyek pembangunan kilang oleh Pertamina.
“Sekarang lagi musim hujan selalu ada saja genangan, baju kerja jadi kotor. Jadi tidak percaya diri. Jalannya juga rusak gitu,” ucap perempuan berjilbab itu.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Balikpapan, Rita menuturkan, endapan sedimen di kawasan tersebut memang jauh lebih tinggi. Sehingga air kerap menggenang. Tidak hanya di titik tersebut, ia menyebut, di sekitar SPBU Karang Anyar serta di depan Hotel Blue Sky Balikpapan di Jalan Letjen Suprapto juga dihantui masalah yang serupa.
Hanya saja untuk permasalahan di persimpangan lampu merah menuju Jalan Minyak itu, ia tidak bisa berkomentar lebih banyak.
Hanya saja di akui, saluran drainase di Karang Anyar memang banyak yang bermasalah. Endapan sendimentasi yang tinggi juga terjadi dikarenakan tumpukan sampah yang ditemukan di dalam gorong-gorong.
“Masalah sedimentasi ini, sebenarnya biar diangkat juga tidak terlalu berdampak. Yang harus dipikirkan ialah pembuangannya seperti apa,” ujar Rita.
Harus ada penanganan, pihaknya telah berkomunikasi dengan Pertamina, dan diutarakan perbaikan baru dapat dilakukan setelah pembangunan diselesaikan. Pembangunan diperkirakan masih berlangsung 2-3 tahun ke depan. “Saya dengar Pertamina akan merencanakan normalisasi, tapi tidak tahu kapan,” tutupnya. (lil/ms/k18)