Joki Cilik Tewas, Pemprov Hentikan Sementara Pacuan Kuda

- Senin, 21 Oktober 2019 | 10:06 WIB

MATARAM-Meninggalnya joki cilik Muhammad Sabila Putra, 10 tahun dalam event pacuan kuda di Kota Bima mengudang reaksi keras aktivis anak. Mereka meminta penggunaan joki cilik pada tradisi Pacoa Jara dihentikan. Bahkan mereka telah melaporkan penyelenggara ke Denpom IX/2 Mataram, Jumat (18/10).

Nur Janah, salah satu anggota gerakan stop joki anak mengatakan, event pacuan kuda harus dihentikan sementara waktu, untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Dia berharap ke depan, tidak boleh ada penggunaan joki anak. ”Kami bukan pacuan kuda tapi penggunaan joki ciliknya,” katanya.

Jika pemerintah peka melihat bibit-bibit hebat, harus difasilitasi dengan baik. Mereka dibina seperti atlet-atlet lain di NTB. Sehingga mereka bisa berkembang dengan baik.

Menanggapi situasi itu, Gubernur NTB H Zulkieflimansyah mengatakan, pemprov telah menghentikan seluruh event pacuan kuda di NTB untuk sementara waktu. Harapnya akan ada perbaikan penyelenggaraan event ke depan. ”Kami sudah dihentikan sementara. Supaya ini menjadi refleksi kita,” katanya.

Dia mengaku prihatin dengan meninggalnya seorang joki cilik di Bima. Peristiwa itu menjadi bahan introspeksi bagi masyarakat dalam menggunakan joki anak-anak.

Dia juga prihatin, karena masyarakat kadang bangga pada satu hal atas nama budaya yang sebenarnya tidak tepat. Tapi mengubah pola pikir masyarakat tidak mudah.

Dia sendiri punya lapangan sirkuit pacuan kuda. Sehingga dia mulai melakukan perubahan secara perlahan. Dia memperkenalkan kuda-kuda besar yang mengharuskan menggunakan orang dewasa. Hal itu dilakukan agar secara perlahan joki cilik ditiadakan. ”Kalau langsung meminta joko kecil diganti, itu bertabrakan dengan kebanggan masyarakat yang kadang keliru,” ujarnya.

Dia menyadari para joki kecil harusnya dihentikan, sebab anak-anak itu harus sekolah. Karenanya, dia membuat membuat sekolah bagi para joki cilik di Sumbawa. Namun tidak gampang, orang tua tidak tetap ingin anaknya jadi joki.

Penggunaan joki cilik pro dan kontra di tengah masyarakat, tidak semua menolak. Sebab banyak yang merasa bangga kalau anaknya menjadi joki cilik. Warga mengira anak-anak tersebut hebat dan berani. Padahal anak-anak tersebut juga takut. ”Tapi karena dipaksa orang tua, dia membunuh rasa takut itu,” ujarnya. (ili/r5)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Minggu, 14 April 2024 | 07:12 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Sabtu, 13 April 2024 | 15:55 WIB

ORI Soroti Pembatasan Barang

Sabtu, 13 April 2024 | 14:15 WIB
X