Berbeda tak lantas membuatnya merendah. Meski jadi satu-satunya wakil dari penyandang disabilitas tuli. Yang unjuk gigi di tingkat nasional.
OKTAVIA MEGARIA, Balikpapan
Namanya Muhammad Dendy. Penyandang disabilitas tuli. Awal Oktober lalu dia berhasil dipilih. Mengikuti ajang Pemuda Pelopor di Ballroom Hotel Belleza Suite, Jakarta Selatan.
Pemuda Pelopor adalah perlombaan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Bertujuan mengajak para pemuda di seluruh Indonesia untuk mengenalkan komunitas yang tengah digeluti. Dendy jadi satu-satunya wakil dari penyandang disabilitas.
“Saya sangat senang dan tidak percaya bisa ikut lomba ini,” ujar Dendy yang disampaikan melalui juru bahasa isyaratnya, Riani Rahayu, Rabu (16/10) lalu.
Dendy dipilih lantaran menjadi founder komunitas Semangat Muda Tuli atau disingkat Semut. Dia mendirikannya bersama empat rekannya yang lain. Mereka memiliki misi. Memperkenalkan bahasa isyarat pada masyarakat luas. Itu juga yang dilakukan di Pemuda Pelopor. Pria 24 tahun itu mempresentasikan materi dalam bidang pendidikan. Kontribusi mengajarkan bahasa isyarat ke publik.
“Salah satunya kami tidak lagi ingin disebut tuna rungu. Tetapi disabilitas tuli, ini identitas kami,” sebutnya.
Dendy dan rekan sesama disabilitas tuli punya mimpi. Menciptakan kota yang ramah disabilitas. Salah satunya melalui bahasa isyarat. Yang bisa diakses di instansi pelayanan pemerintah seperti kesehatan. Dengan begitu, disabilitas tuli bisa dengan mudah berkomunikasi dan memperoleh pelayanan.
Satu persatu dirajut dengan menghadiri banyak seminar dan acara dari berbagai pihak yang mengundangnya memberikan materi. “Kami berencana membuka kelas besar untuk diisi oleh masyarakat Balikpapan yang ingin lebih mengenal bahasa isyarat,” ucapnya pria yang gemar berenang itu. (rdh/k18)