ANKARA– Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence tiba di Ankara, Turki, kemarin (17/10). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tidak menemuinya. Bersamaan dengan itu, jagat maya ramai membicarakan surat yang Presiden Donald Trump kirimkan ke Turki pada 9 Oktober lalu, saat Operasi Spring Peace bermula.
Portal Middle East Eye melaporkan bahwa Turki langsung membalas surat Trump dengan tegas. ’’Kami buang surat tersebut ke tempat sampah. Jawaban presiden kami pada hari itu adalah melancarkan aksi militer ke perbatasan (Turki-Syria) pada pukul 16.00 waktu setempat,’’ terang seorang pejabat Turki sebagaimana dikutip Al Jazeera kemarin.
Begitu foto surat Trump beredar luas, Gedung Putih panen kritik. Pasalnya, suami Melania itu menuliskan kalimat yang kasar untuk Erdogan. ’’Jangan keras kepala. Jangan bodoh,’’ tulis pemimpin 73 tahun tersebut seperti dilansir Agence France-Presse. Saat itu dia berusaha mencegah invasi Turki ke perbatasan yang dihuni kaum Kurdi. Tapi, Erdogan mengabaikan imbauan tersebut.
Bukan Trump namanya jika tidak membuat dunia geram. Mereaksi sikap keras kepala Erdogan, dia malah menarik mundur seluruh pasukan AS dari perbatasan. Hal itu menjadi sinyal kuat bagi Turki untuk melancarkan serangan membabi buta karena tak ada pasukan AS yang pro-Kurdi. ’’Tentara kita tidak terancam. Itu sudah cukup,’’ ungkap Trump kepada CNN. Dia menambahkan bahwa Kurdi bukanlah malaikat tanpa dosa yang harus dibela sekuat tenaga.
Hingga kemarin, bentrok pasukan Turki dan aliansi Syrian Democratic Forces (SDF) yang didukung milisi Kurdi berlanjut. Bahkan semakin panas. Eksodus warga sipil meningkat. Bahkan, kamp-kamp pengungsi di perbatasan Syria dan Iraq yang sudah tutup kembali dibuka. Lembaga The Observatory melaporkan bahwa konflik itu telah merenggut sekitar 500 nyawa dan mengakibatkan lebih dari 300 ribu warga sipil telantar. (bil/c22/hep)