Tanpa IKN, Investasi Hilirisasi Harus Masuk

- Kamis, 17 Oktober 2019 | 10:18 WIB

SAMARINDA – Tumbuhnya sektor lain selain pertambangan batu bara diharapkan hadir di Bumi Etam. Seperti jasa dan perdagangan yang diprediksi tumbuh cukup tinggi seiring perindahan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim. Sektor ini perlahan bisa menggeser 46 persen kontribusi pertambangan dan penggalian.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, ada atau tidak adanya IKN di Kaltim harus sudah ada diversifikasi sektor usaha. Intinya meningkatkan nilai tambah bagi seluruh komoditas Kaltim yang selama ini dijual mentah. Nilai tambah terhadap produk-produk di Bumi Etam harus ditumbuhkan, investasi diarahkan ke sana.

“Walaupun nanti setelah ada IKN jasa dan perdagangan akan meningkat, Kaltim tetap butuh hilirisasi komoditas,” jelasnya, Rabu (16/10).

Dia menambahkan, dari dulu tanpa IKN pun ekonomi Kaltim harus sudah berubah. Tidak boleh 46 persen ekonominya didominasi oleh satu sektor. Diversifikasi komoditas ini tidak hanya perlu dibicarakan, semua orang di Kaltim sudah tau hilirisasi dibutuhkan. “Kuncinya untuk menuju hilirisasi adalah membuat kondisi investasi yang nyaman bagi investor. Mereka perlu disambut ramah,” katanya.

Menurutnya, investor yang masuk jangan hanya pertambangan baru bara atau sebatas crude palm oil (CPO). Investor tambang boleh, tapi harus sampai hilirisasi. Jangan sebatas mengekspor komoditas mentah. Buka lebar-lebar keran investasi, kasih insentif kepada investor yang mau mengarah kepada produk-produk yang berbasis CPO atau batu bara.

Kasih insentif kepada investor yang mau membuat minyak goreng, kosmetik, sabun dan sebagainya yang bahan dasarnya dari CPO. Mempermudah investor yang orientasinya hilirisasi adalah satu-satunya cara agar Kaltim bisa mengarah ke sana. “Jika tidak, maka seluruh investasi yang masuk akan selalu berbasis ekspor komoditas mentah,” tutupnya.

Terpisah, Gubernur Kaltim Isran Noor mengatakan, penetapan Kaltim sebagai IKN baru Indonesia oleh Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu akan membawa banyak manfaat bagi daerah. Namun juga sekaligus membawa ancaman. Dia meyakini banyak manfaat jika bisa digunakan sebagai peluang. Terutama untuk wilayah Indonesia bagian tengah ke timur.

Ancamannya, agak tertinggal orang lokalnya karena memang akan banyak pendatang. Tetapi ini juga peluang bagi masyarakat lokal, dengan meningkatkan kapasitasnya. “Terlepas dari IKN selama ini, Benua Etam sangat terbuka terhadap investasi dari dalam maupun luar negeri,” tegasnya.

Artinya, siapa pun dan dari manapun yang ingin berinvestasi, pemerintah daerah siap menerima. Tentunya dengan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, baik investor maupun pemerintah. Apalagi, perekonomian Kaltim saat ini fokus pada pengembangan industri hilir dari batu bara, CPO, minyak dan gas.

Hal itu tentu memerlukan investor dari dalam maupun luar negeri. Investasi dari luar negeri sangat baik selama itu saling menguntungkan. “Kami tidak pernah menutup diri. Dalam kesepakatan yang sudah berjalan, jika salah satu pihak merasa tidak diuntungkan. Maka harus dibuat kesepakatan baru untuk menjaga iklim investasi,” pungkasnya. (ctr/ndu/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X