Suporter Meninggal, Serangan Rasial, hingga Kontroversi Turki

- Rabu, 16 Oktober 2019 | 11:13 WIB

MATCHDAY ketujuh kualifikasi Euro 2020 grup A antara Bulgaria dan kontra Inggris menyisakan masalah. Setidaknya, ada tiga insiden yang mewarnai pertandingan yang dihelat di Stadion Nasional Vasil Levski itu. Mulai dari seorang pendukung Inggris yang ditemukan meninggal beberapa jam sebelum kickoff, aksi rasial suporter tuan rumah, hingga intervensi perdana menteri Bulgaria Boyko Borissov.

Seperti dilansir Daily Mail, seorang pendukung Inggris ditemukan dalam kondisi tidak sadar di taman Borisova. Pria berusia 32 tahun yang tidak diketahui identitasnya itu kemudian dibawa ke rumah sakit terdekat. Tetapi, pihak rumah sakit akhirnya menghubungi pihak kepolisian karena pria itu menyerang beberapa staf rumah sakit. Dia kemudian meninggal ketika dalam perjalanan menuju kantor polisi Sofia. Dia diyakini meninggal karena overdosis obat-obatan serta minuman keras.

Beberapa jam berselang, insiden rasial terjadi saat pertandingan berlangsung. Bahkan, wasit Ivan Bebek asal Kroasia sempat dua kali menghentikan pertandingan karena serangan rasial yang dilakukan sebagian pendukung tuan rumah kepada dua The Three Lions--julukan Inggris--wide attacker Raheem Sterling dan bek Tyrone Mings.

Yang pertama terjadi pada menit ke-27 ketika Inggris unggul 2-0. Kapten Inggris Harry Kane memimpin protes kepada Bebek karena cemoohan rasial yang diarahkan kepada bek debutan Mings yang pada laga kemarin merupakan debutnya. Wasit 42 tahun itu kemudian menghentikan pertandingan dan meminta panitia pertandingan memperingatkan suporter Bulgaria agar menghentikan aksi mereka melalui pengeras suara stadion.

Tiga menit berselang, laga kembali dilanjutkan. Tetapi, tidak berselang lama aksi serupa kembali terjadi tepatnya pada menit ke-42. Bebek kembali menghentikan pertandingan setelah tactician Inggris Gareth Southhgate protes kepada ofisial di tepi lapangan. Bahkan, kapten Bulgaria Ivelin Popov sampai turun tangan dengan berbicara kepada suporter yang kemudian sebagian dari mereka dikeluarkan dari stadion. Aksi itu cukup ampuh dan membuat serangan rasial tidak terjadi pada paro kedua pertandingan.

Kejadian itu membuat perdana menteri Boyko Borissov geram. Melalui menteri olahraga Krasen Klarev, dia memerintahkan agar revolusi dilakukan untuk BFS (federasi sepak bola Bulgaria) dengan diawali agar presiden BFS Borislav Mikhailov mengundurkan diri.

"Beberapa saat lalu (setelah pertandingan, Red), Perdana Menteri memanggil saya agar mulai hari ini untuk menangguhkan hubungan dengan BFS. Termasuk untuk keuangan hingga pengunduran diri Mikhailov. Dalam empat tahun terakhir pemerintah sudah melakukan banyak hal bagi persepakbolaan Bulgaria,'' ucao Klarev seperti dilansir Daily Mail. "Keputusan bagus Borissov," cuit Sterling mengenai langkah tegas Perdana Menteri Bulgaria.

Tetapi, kontroversi tidak hanya terkait laga antara Bulgaria dan Inggris. Pada laga grup H antara Turki dan Prancis, Ay-Y?ld?zl?lar--julukan Turki--mendapat sorotan tajam karena kembali mempraktikkan salam hormat ala militer sesaat setelah gelandang Kaan Ayhan menyamakan kedudukan delapan menit jelang bubaran setelah sebelumnya Les Bleus lebih dulu memimpin via gol Olivier Giroud (76').

Aksi itu ditengarai punya kepentingan politik terhadap konflik yang saat ini terjadi di Suriah Utara. Hakan Calhanoglu dkk pun terancam sanksi dari UEFA karena persatuan sepak bola Eropa itu melarang segala seuatu yang bermuatan politik hadir di stadion. Aksi itu adalah yang kedua setelah sebelumnya juga dilakukan Turki ketika mereka menang 1-0 atas Albania (12/10).

Ayhan dan striker Turki Kenan Karaman bermain untuk klub Jerman Fortuna Düsseldorf, yang mengeluarkan pernyataan setelah pertandingan Jumat untuk menjauhkan diri dari "tindakan bermotivasi politik". Direktur olahraga Düsseldorf Lutz Pfannenstiel mengatakan: "Kedua pemain membela nilai-nilai yang dijalani klub."

"Untuk negara kita, terutama bagi mereka yang mempertaruhkan nyawanya untuk bangsa kita,'' bunyi caption striker Cenk Tosun di Instagram. Unggahannya juga disukai oleh penggawa Jerman Ilkay Guendogan dan Emre Can yang memang punya darah Turki. Lebih jauh, berhasil menahan imbang Prancis membuat Turki hanya perlu hasil seri ketika bersua Islandia (14/11). (io)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Karate Fokus Mengasah Psikis

Selasa, 16 April 2024 | 11:30 WIB

Duka Olahraga Kaltim, Polo Berpulang

Selasa, 16 April 2024 | 10:50 WIB

Dansa Kaltim Berharap Tryout ke Luar Negeri

Selasa, 16 April 2024 | 10:30 WIB

Aldila Debut Ganda di Stuttgart

Senin, 15 April 2024 | 17:34 WIB

Gia Sedih Bakal Lawan Megawati

Senin, 15 April 2024 | 16:30 WIB

Bukti Gaharnya Performa Aprilia

Senin, 15 April 2024 | 14:45 WIB

Aldila Debut Ganda di Stuttgart

Senin, 15 April 2024 | 13:50 WIB

Alcaraz Mundur dari Barcelona Open

Senin, 15 April 2024 | 11:10 WIB

Arung Jeram Kaltim Tekankan Pentingnya Regenerasi

Senin, 15 April 2024 | 09:15 WIB

Duel Sisa 1 Detik, Max Hantam Justin Hingga Ambruk

Minggu, 14 April 2024 | 12:49 WIB

Mulai Fokus Penentuan Status Unggulan

Sabtu, 13 April 2024 | 20:00 WIB

Jorge Martin Makin Dekat ke Pabrikan Ducati

Sabtu, 13 April 2024 | 17:15 WIB

Detroit Pistons Jalani Musim Terburuk 

Sabtu, 13 April 2024 | 14:50 WIB

Siapkan Pendampingan Penyusunan PPA

Sabtu, 13 April 2024 | 14:30 WIB
X