Bernyanyi, menari serta mendongeng adalah hal biasa. Namun luar biasa jika dilakukan mereka yang memiliki keterbatasan. “Mahakarya Disabilitas” adalah tempat mereka menunjukkan pada masyarakat bahwa mereka juga memiliki kelebihan.
Lantunan musik adat mengalun merdu. Mengiringi gerakan para penari di atas panggung. Suara tepuk tangan pun semakin riuh. Akan tetapi, tidak satu pun dari suara tadi dapat didengar para penari.
Mereka adalah salah satu perwakilan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunas Bangsa yang tampil pada Funtastic Parade, Minggu (13/10) di BSB Balikpapan. Dalam tema penampilan Mahakarya Disabilitas.
Natalie Kritasari adalah sosok yang membuat para anak istimewa ini dapat menunjukkan bakat mereka di hadapan publik.
“Saya ingin memberikan tempat yang nyaman untuk mereka unjuk bakat. Di sisi lain juga, saya memotivasi anak didik saya kalau anak berkebutuhan khusus saja bisa tampil sebaik itu, apalagi anak yang normal,” ucap dia.
Perempuan yang berprofesi sebagai instruktur vokal itu berkata, banyak kendala yang dia alami untuk mewujudkan penampilan ini. Sejak dulu, selalu penolakan yang ia terima. Hingga dalam waktu setahun, semua menjadi mudah. Berkat usaha serta kerja keras membangun koneksi.
Pada pertunjukan kali ini, perwakilan dari Semangat Muda Tuli (Semut) Balikpapan juga turut berpartisipasi. Membawakan lagu Merakit yang dipopulerkan Yura Yunita, menggunakan bahasa isyarat. Bersama murid SLB Tunas Bangsa, SLB Negeri serta Purwacaraka Kids Voice.
Natalie berujar, Merakit adalah lagu yang tepat. Liriknya memiliki makna yang sangat dalam dan memberi semangat. Tentang bagaimana meyakini diri sendiri untuk terus maju menggapai mimpi, tanpa mengenal kata menyerah.
Ke depan, dirinya akan terus melatih anak-anak berkebutuhan khusus tersebut. Bersama guru-guru mereka yang memang ahli di bidang tari dan seni. Ia mengatakan, akan membantu anak-anak istimewa yang memiliki bakat luar biasa.
“Hari ini kami sudah buktikan. Mereka yang memiliki keterbatasan tidak bisa diremehkan. Seperti yang diucapkan salah satu guru SLB, mari ciptakan kota yang ramah disabilitas. Biarkan mereka menjalani profesi yang diinginkan. Karena mereka juga ingin memberi, bukan hanya menerima,” tutupnya dengan mata berkaca. (*/okt/ms/k15)