SAMARINDA - Jembatan kembar rupanya menjadi momok tugboat (kapal tunda) menarik tongkang bermuatan batu bara atau kayu log. Kekhawatiran itu dikatakan Kasi Angkutan Laut Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Klas II Samarinda, Priyatno.
Kekhawatiran itu muncul setelah beberapa kali insiden tertabraknya Jembatan Mahakam. “Dinas PU Kaltim kalau bisa jangan bangun-bangun jembatan lagi lah, seperti dibangunnya Jembatan Kembar tambah sempit, bukannya dikasih lebar,” ungkapnya.
Dia mengatakan, saat Jembatan Kembar dibangun, mengapa di dekat Jembatan Mahakam? “Meski bukan lahir di Kaltim, saya merasa prihatin. Di Taiwan yang canggih saja bisa ambruk juga jembatannya. Sebab, dengan adanya dua jembatan, nakhoda kapal tugboat maupun kapal pandu harus akurat dan presisinya tambah tinggi agar tak tertabrak pilar jembatan,” ucapnya.
Menurut informasi di Handil, Muara Jawa, akan dibangun jembatan lagi. Totalnya di sepanjang Sungai Mahakam ini ada enam jembatan. “Paling sulit lewat Jembatan Kembar ini karena tepat di tikungan (belokan), kapal pandu harus bisa memperkirakan debit ai. Kalau dangkal, lebik baik tunda dulu, kalau debit air pasang baru lewat,” tuturnya.
Terbangunnya jembatan dari sisi transportasi darat memang memperlancar arus lalu lintas. Namun, dari sisi perairan ini bikin macet alias membuat antrean panjang. “Ini seperti terhambatnya lalu lintas, kapal tongkang antre dulu, bergantian di assist kapal pandu,” terangnya.
Terpisah, Anggota DPRD Provinsi Baharuddin Demu berkata, pembangunan jembatan jangan dijadikan momok. Sebab, yang lewat bukan hanya angkutan sungai.
“Kapal tongkang batu bara ini sudah puluhan tahun melintas Sungai Mahakam. Harusnya dengan adanya jembatan, harus hati-hati saat melintas. Sebab, uang yang dipakai membangun jembatan ini ratusan miliar,” tuturnya. (adw/kri/k16)