Merasa putus asa? Muncul ide bunuh diri? Ada pengalaman terkait? Jika jawabannya ya, orang tersebut berisiko mengalami gangguan jiwa.
RADEN RORO MIRA, Samarinda
DALAM Seminar kesehatan mental bertema Dunia Belum Berakhir, Menyelesaikan Masalah Tanpa Harus Bunuh Diri, Kamis (10/10), di Aula Dispora Kaltim. Dibeberkan mengenai risiko bunuh diri beserta pencegahannya.
Salah satu pemateri, dokter spesialis kesehatan jiwa RSKD Atma Husada Mahakam Jaya Mualimin menyebut, ada karakter khusus orang sengaja mengakhiri hidup.
Biasanya berangkat dari pengalaman atau lingkungan sekitar ada yang bunuh diri. Sehingga merasa ada motivasi. Bahkan, merencanakan tanggal cantik untuk mati.
Menurut penelitian yang dijelaskan Jaya, dalam tubuh ada hormon serotonin. Hormon pemberi rasa nyaman dan senang. Merupakan neurotransmitter dan berkaitan dengan depresi. Semakin rendah kadar serotonin dalam tubuh seseorang, semakin tinggi ide bunuh diri.
“Neurotransmitter serotonin yang rendah mampu membuat signifikan ide bunuh diri ekstrem. Misal menabrakkan diri pada kereta yang melaju,” paparnya.
Sementara itu, dari kacamata psikolog Rani Meita Pratiwi mengibaratkan masalah seperti baju dan lemari. Semakin baju dijejalkan, semakin tak sanggup lemari menampung.
Masalah harus diselesaikan. Jangan biarkan menumpuk. Kesehatan mental sering dianggap tabu. Padahal, sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
“Jika memang ada apa-apa. Harus kita akui. Jangan takut jujur. It’s okay to not be okay. Kemudian terima diri. Mau diubah, dari aditif menjadi adaptif,” jelas Rani saat menyampaikan materi tentang pencegahan bunuh diri.
Dia mengatakan perlu diwaspadai orang yang suka menyendiri. Ada banyak faktor. Menarik diri dari lingkungan, tidak fokus memikirkan sesuatu. Maka ketika mungkin orang itu butuh kawan cerita, jangan beri stigma.
“Setelah mengakui dan terima diri, hubungi orang terdekat untuk share masalah. Lalu sibukkan diri, cari aktivitas. Dari situ mendapat rasa nyaman. Nah, jika belum cari bantuan profesional,” ucap psikolog Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Tanah Merah Samarinda itu.
Secara kompak, baik Jaya maupun Rani mengungkapkan, kesehatan mental bukan hal sepele. Jika menemukan orang terdekat dengan gerak-gerik mencurigakan, jangan dibiarkan.