Butuh Kebebasan Ekspor Batu Bara

- Kamis, 10 Oktober 2019 | 13:04 WIB

MESKI harga batu bara terus merosot, pengusaha emas hitam ini tetap meminta pemerintah untuk memberi kebebasan mengekspor. Pasalnya saat ini nilai tukar rupiah sedang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Kemarin (9/10), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menempatkan uang garuda di angka Rp 14.182 per USD.

Artinya dengan tingginya nilai tukar ini, mereka optimistis mampu mendapat untung lebih baik. Karena biaya produksi dibayar rupiah dan keuntungan dibayarkan dolar. Saat ini harga batu bara dihargai USD 64,8 per ton.

Sekretaris Asosiasi Pengusaha Batu Bara Samarinda (APBS) Umar Vatarusi mengatakan, saat ini pengusaha batu bara sulit tidur nyenyak. Di tengah penguatan rupiah, harga baru bara terus anjlok. Bahkan, harga USD 64,8 per ton tersebut untuk yang premium dengan gross air received (GAR) 6.000. Sedangkan untuk GAR rendah seperti 3.400 harganya hanya USD 21 per ton.

 “Memiliki batu bara dengan GAR rendah memang saat ini sangat sulit. Keuntungannya sangat tipis,” jelasnya, Rabu (9/10).

Belum lagi, batu bara dengan GAR rendah tidak bisa dipakai untuk menyuplai kebutuhan lokal. Sebab, kebutuhan lokal menggunakan GAR medium, yaitu 4.200-5.000. Di tengah kesulitan ini beberapa regulasi membuat para pengusaha batu bara kesulitan. Seperti pembatasan domestic market obligation (DMO) tersebut.

Seharusnya ada kebijakan untuk batu bara kualitas rendah yang tidak bisa dikonsumsi dalam negeri, agar diberikan kebebasan ekspor. “Kita butuh kebebasan ekspor, agar batu bara dengan GAR rendah bisa diekspor,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, untuk menutupi biaya produksi sebenarnya dengan harga USD 50 per metrik ton sudah terpenuhi. Tapi soal harga memang masih bervariasi, karena ada perhitungan stripping rasio dengan masing-masing kualitas batu bara punya perhitungan sendiri. Apalagi di tengah rendahnya harga, pengusaha sulit mengembangkan pasar.

Pasar utamanya ekspor batu bara Kaltim adalah India dan Tiongkok. Sedangkan India hampir tidak banyak mengimpor batu bara, karena memenuhi kebutuhannya sendiri. “Ada beberapa negara saingan Indonesia juga yang menjadi produsen batu bara, sehingga pasar saat ini hanya berharap kepada Tiongkok,” tutupnya. (ctr/ndu/k15) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X