Evolusi Jagat Raya Diganjar Nobel Fisika

- Rabu, 9 Oktober 2019 | 11:33 WIB

JENEWA– Jim Peebles tak pernah berencana membuat temuan besar di awal karirnya. Dulu ilmuwan kelahiran Manitoba, Kanada, 25 April 1935, itu hanya ingin melakukan satu dua hal yang dirinya mampu di bidang kosmologi. Meraih penghargaan memang menarik, tetapi bukan bagian dari rencananya.

’’Anda harus terjun ke sains karena tertarik,’’ tuturnya dalam sesi konferensi pers setelah namanya diumumkan sebagai peraih Nobel Fisika. Peebles tak sendiri. Dia berbagi hadiah dan penghargaan dengan dua ilmuwan lainnya asal Swiss, Michel Mayor dan Didier Queloz.

Profesor Emeritus Princeton University itu menang berkat teorinya tentang evolusi semesta setelah Big Bang. Menurut dia, radiasi samar gelombang mikro yang memenuhi ruang kosmos 400 ribu tahun setelah ledakan berisi petunjuk penting tentang alam semesta bisa terlihat pada masa awal hingga berkembang 13 miliar tahun berikutnya.

Dia memulai penelitiannya pada 1964. Ketika itu Peebles diajak mentornya, Profesor Robert Henry Dicke. Penelitiannya didasari atas karya Albert Einstein tentang asal usul alam semesta. Dengan bermodal kalkulasi dan teori, dia menggambar perkirakan hubungan antara suhu radiasi yang dipancarkan setelah Big Bang dan jumlah materi yang diciptakannya.

Sementara itu, duo Mayor dan Queloz menerima penghargaan karena menemukan exoplanet yang diberi nama 51 Pegasi b yang jaraknya 50 tahun cahaya di konstelasi Pegasus. Itulah bola gas yang setara dengan ukuran Jupiter. Berkat temuan pada 1995 tersebut, para astronom lain berhasil menemukan lebih dari 4.000 exoplanet lainnya dengan berbagai ukuran, bentuk, dan orbit.

’’Mereka bertiga telah berkontribusi untuk memberikan pemahaman kepada kita tentang evolusi alam semesta dan tempat planet bumi di kosmos,’’ ujar Sekjen Royal Swedish Academy of Sciences Profesor Goran Hansson sebagaimana dikutip The Guardian.

Di sisi lain, pada Senin (8/10) tiga ilmuwan lainnya mendapatkan penghargaan nobel di bidang kedokteran. Yaitu , William Kaelin dan Gregg Semenza dari AS serta Peter Ratcliffe dari Inggris. Mereka meneliti cara sel-sel tubuh menusia mendeteksi dan beradaptasi terhadap perubahan level oksigen. Saat level oksigen rendah, tubuh memproduksi banyak sel darah merah untuk membawa lebih banyak oksigen. (sha/c14/dos)

 

Siapa Peraih Nobel Itu...?

 

Peraih Nobel Kedokteran 2019

William Kaelin Jr. (AS)

Gregg Semenza (AS)

Sir Peter Ratcliffe (Inggris)

• – Mereka meneliti bagaimana sel manusia merasakan dan beradaptasi terhadap ketersediaan oksigen. Penelitian tersebut membuka jalan untuk menemukan cara baru pengobatan anemia, kanker, serangan jantung, stroke, dan penyakit lainnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X