Bangkit dari Kegagalan, Tumbuh Jadi Panutan

- Senin, 7 Oktober 2019 | 09:30 WIB

JIWA berbisnis Wahyu Hernaningsih tumbuh sejak masih remaja. Dia merasa semangat berbisnis itu tertular dari orangtua dan sanak saudaranya. “Orangtua jadi pemasok kabel listrik dari wilayah Jawa Tengah sampai Jawa Timur. Saya juga punya sedikit bekal ekonomi dari kuliah karena ambil jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,” ujarnya.

Memasuki usia 46, Wahyu sudah banyak menjalankan berbagai macam bisnis. Bukan cita-cita. Perempuan alumnus SMA 1 Semarang itu mengaku jika impian awalnya adalah banker. Namun, impian itu berubah tatkala melihat ritme bekerja di bank yang menurutnya cukup membosankan.

“Setelah lulus kuliah, saya ambil pendidikan khusus banker di Semarang selama setahun. Selepas itu, saya langsung mendaftar di salah satu bank swasta. Beberapa hari saya ke bank untuk urus pendaftaran, melewati berbagai seleksi. Selama beberapa hari itu juga saya menyimak ritme pekerjaan mereka. Kok, membosankan, ya. Akhirnya, setelah dinyatakan lulus, saya tidak melanjutkan,” jelasnya.

Wahyu mengaku, lebih suka melakukan hal menantang. Dia memutuskan membangun bisnis daripada sekadar menjadi karyawan. Kendati suka melakukan hal menantang, bukan berarti Wahyu selalu berdiri kokoh ketika mendapat ujian.

Delapan tahun menjalankan bisnis ASA Tour and Travel, dikhianati dan ditipu hingga rugi jutaan rupiah sudah hal biasa. Tapi, tetap saja saat diterpa masalah, perempuan kelahiran 1973 itu mengaku nyaris setiap malam menangis.

Saat ditanya masalah apa yang masih diingat, Wahyu kemudian menatap langit-langit kantornya seraya berpikir keras. Sembari memainkan telunjuknya, Wahyu langsung menjawab jika dia pernah ditipu pada 2011.

“Saya kedatangan tim dari salah satu radio di Tenggarong. Sebut saja radio A. Awalnya mereka itu menawarkan iklan dengan ragam paketan. Tergiur, akhirnya saya menerima dan langsung membayar lunas Rp 7 juta. Sebab, mereka bilang kalau bayar lunaslebih murah. Entah polos atau mudah ditipu, saya percaya saja,” ungkapnya.

Setelah melakukan proses rekaman, Wahyu tak kunjung mendengar radio A mempromosikan bisnisnya. Sialnya, saat dihubungi, perwakilan radio A sama sekali tak menjawab.

“Aduh, pusing tujuh keliling. Bisnis masih butuh biaya, tapi ada saja orang berniat jahat. Teledornya lagi, saya enggak tanya detail alamat kantornya. Meski sulit dan sungguh berat, saya coba ikhlaskan, saya percaya Allah akan menggantinya dengan hal lebih indah,” bebernya.

Tak hanya ditipu, Wahyu mengaku sering mengeluarkan uang lebih untuk menutup kekurangan pemberangkatan jemaah. Misal, ketika penerbangan tertunda. Wahyu harus menambah dana hingga ratusan juta agar jemaah bisa berangkat sesuai jadwal.

“Kalau cerita nombok seperti ini rasanya sudah biasa di kalangan owner travel. Hal ini sering terjadi dengan berbagai penyebab. Baik dari pihak maskapai, atau jemaah telat mengumpulkan berkas. Orangtua sampai khawatir karena saya pernah menutupi kekurangan sampai Rp 150 juta,” bebernya.

Wahyu tak pernah kapok menjalankan bisnisnya. Sebab, tujuan awal mendirikan, selain menambah penghasilan, Wahyu ingin mempermudah masyarakat bertamu ke rumah Allah. Dirinya percaya, dari setiap masalah pasti ada pelajaran juga berkah yang bisa diambil.

“Jangan takut membuat kesalahan. Sebab, tidak melakukan apa pun merupakan salah satu kesalahan. Jadi, bangun tekad, kuatkan prinsip. Seseorang yang sukses adalah mereka yang tidak menolak konflik melainkan memanfaatkan konflik untuk mengembangkan kedewasaan diri,” pungkasnya. (*/nul*/rdm2)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X