Hujan Datang, Tapi Hotspot Belum Hilang

- Sabtu, 5 Oktober 2019 | 11:19 WIB

Hujan mengguyur sebagian Kutai Timur (Kutim). Parahnya, asap belum seutuhnya hilang. Di beberapa titik bahkan masih menyelimuti. Tahun ini, disebut-sebut bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terparah.

 

SANGATTA–Muara Ancalong disebut menjadi daerah paling sering terjadi kebakaran. Berdasarkan data yang terhimpun sejak Januari hingga awal Oktober, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim diperkirakan mencapai 250 temuan. Didominasi faktor kesengajaan pembakaran.

Koordinator Pusdalops BPBD Kutim Sukasno Haryanto mengatakan, status masih siaga, mengikuti arahan surat keputusan (SK) yang berjaga hingga Desember. "Sudah hujan lho, masih tetap ada hotspot, itulah kami tetap siaga,” ungkapnya. Terlebih jika hanya hujan ringan, bagian atas saja yang padam. “Tapi di bawah api tetap menyala," sambungnya saat ditemui di ruang kerjanya.

Menukil data BPBD, luas lahan yang terbakar yakni, Sangatta Selatan 53 hektare (ha), Sangatta Utara 38 ha, Teluk Pandan 6,5 ha, Rantau Pulung 5 ha, Muara Ancalong 300 ha, Sandaran 2,5 ha, Kongbeng 3 ha, Kaliorang 1 ha, Batu Amar 10 ha, Sangkulirang 1 ha, Bengalon 4,4 ha. Sedangkan yang belum terhimpun ada Muara Bengkal, Long Mesangat, dan Telen. "Sampai Rabu (2/10) lalu masih terjadi karhutla di Sangatta Selatan, Muara Wahau, dan Bengalon. Terus kami update melalui sistem Sipongi, biasanya api muncul pukul 14.00–16.00 Wita. Rata-rata 90 persen sengaja dibakar," tuturnya. 

Beragam cara telah dilakukan, salah satunya dengan sosialisasi tentang kebijakan nasional pengendalian karhutla. Namun, upaya itu belum terlihat hasilnya. "Cara paling efektif sebenarnya dengan tanam nosel di lahan gambut, tapi kami belum punya alat itu. Jadi belum bisa memadamkan 100 persen. Saat ini masih menggunakan mesin, dibantu suplai air oleh perusahaan sekitar. Karena minim embung air," bebernya.

Saat ini, memang berkurang jumlah titik api. Namun, itu tak bisa dibiarkan. Dikhawatirkan dapat menjalar ke wilayah lain. "Tahun ini kewalahan, padahal sudah dibantu TNI-Polri dan elemen lain. Mudahan BPBD punya alat yang bisa mengatasi. Karena kalau pakai yang seadanya, pemadaman bisa sampai tengah malam," terang dia.

Dengan adanya kejadian karhutla yang kondisinya terus-menerus ada, pihaknya berencana membentuk masyarakat peduli api (MPA), khususnya untuk menekan karhutla pada 2020 mendatang. (*/la/dra2/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X