Hujan mengguyur sebagian Kutai Timur (Kutim). Parahnya, asap belum seutuhnya hilang. Di beberapa titik bahkan masih menyelimuti. Tahun ini, disebut-sebut bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terparah.
SANGATTA–Muara Ancalong disebut menjadi daerah paling sering terjadi kebakaran. Berdasarkan data yang terhimpun sejak Januari hingga awal Oktober, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim diperkirakan mencapai 250 temuan. Didominasi faktor kesengajaan pembakaran.
Koordinator Pusdalops BPBD Kutim Sukasno Haryanto mengatakan, status masih siaga, mengikuti arahan surat keputusan (SK) yang berjaga hingga Desember. "Sudah hujan lho, masih tetap ada hotspot, itulah kami tetap siaga,” ungkapnya. Terlebih jika hanya hujan ringan, bagian atas saja yang padam. “Tapi di bawah api tetap menyala," sambungnya saat ditemui di ruang kerjanya.
Menukil data BPBD, luas lahan yang terbakar yakni, Sangatta Selatan 53 hektare (ha), Sangatta Utara 38 ha, Teluk Pandan 6,5 ha, Rantau Pulung 5 ha, Muara Ancalong 300 ha, Sandaran 2,5 ha, Kongbeng 3 ha, Kaliorang 1 ha, Batu Amar 10 ha, Sangkulirang 1 ha, Bengalon 4,4 ha. Sedangkan yang belum terhimpun ada Muara Bengkal, Long Mesangat, dan Telen. "Sampai Rabu (2/10) lalu masih terjadi karhutla di Sangatta Selatan, Muara Wahau, dan Bengalon. Terus kami update melalui sistem Sipongi, biasanya api muncul pukul 14.00–16.00 Wita. Rata-rata 90 persen sengaja dibakar," tuturnya.
Beragam cara telah dilakukan, salah satunya dengan sosialisasi tentang kebijakan nasional pengendalian karhutla. Namun, upaya itu belum terlihat hasilnya. "Cara paling efektif sebenarnya dengan tanam nosel di lahan gambut, tapi kami belum punya alat itu. Jadi belum bisa memadamkan 100 persen. Saat ini masih menggunakan mesin, dibantu suplai air oleh perusahaan sekitar. Karena minim embung air," bebernya.
Saat ini, memang berkurang jumlah titik api. Namun, itu tak bisa dibiarkan. Dikhawatirkan dapat menjalar ke wilayah lain. "Tahun ini kewalahan, padahal sudah dibantu TNI-Polri dan elemen lain. Mudahan BPBD punya alat yang bisa mengatasi. Karena kalau pakai yang seadanya, pemadaman bisa sampai tengah malam," terang dia.
Dengan adanya kejadian karhutla yang kondisinya terus-menerus ada, pihaknya berencana membentuk masyarakat peduli api (MPA), khususnya untuk menekan karhutla pada 2020 mendatang. (*/la/dra2/k8)