Mengembalikan Eksistensi Citra Niaga, Ini Usaha yang Dilakukan...

- Sabtu, 5 Oktober 2019 | 10:27 WIB

SAMARINDA – Pemkot Samarinda berusaha mempercantik kawasan Citra Niaga. Tak hanya digadang-gadang menjadi pusat oleh-oleh khas Kota Tepian, kawasan ini nantinya juga bakal dijadikan salah satu destinasi wisata. Berdiri sejak 1985, kawasan ini emang memiliki sejarah yang cukup panjang dan bisa menggugah keinginan wisatawan untuk berkunjung.

Selain meningkatkan kualitas infrastruktur, pemerintah juga berencana bekerja sama dengan perguruan tinggi dan memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dari universitas tersebut. Terutama para sarjana lulusan Bahasa Inggris agar membantu pedagang dan turis saat berkomunikasi. Juga menggandeng pelaku usaha di bidang lain seperti travel dan perhotelan.

Kepala Dinas Perdagangan Samarinda Marnabas mengatakan, Citra Niaga merupakan salah satu pasar tradisional yang masih bertahan di Samarinda dan menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) dari pajak retribusi kios-kios sebesar Rp 3 ribu per hari.

“Turis yang datang ke daerah kita bukan hanya menguntungkan satu sektor. Kalau tempat wisatanya baik, nanti banyak yang menginap di hotel. Otomatis 10 persen pajaknya akan masuk ke pendapatan daerah kita, begitu juga dengan promosi dari agen travel dalam menarik minat wisatawan datang ke daerah. Makanya kami sedang mempercantik Citra Niaga," katanya.

Pihaknya juga berencana menggodok regulasi yang mengatur antara pasar tradisional dan modern. Supaya tidak saling sikut memperebutkan pasar. "Khusus untuk pasar modern harus menjual produk-produk sesuai pangsa mereka. Kita sedang usahakan untuk membuat aturannya supaya tidak mematikan geliat ekonomi yang ada," sambungnya.

Salah satu pedagang oleh-oleh di Citra Niaga, Wati mengungkapkan, saat ini di kawasan ini terdapat 250 pelaku usaha, mulai kuliner, pusat perbelanjaan, toko buku, hingga peralatan elektronik. Dia sendiri sejak 30 tahun lalu berjualan aksesori seperti kalung, gelang, cincin, tas, dompet berbahan dasar manik-manik, rotan dan sarung tenun. “Peminatnya ada aja, buktinya sampai sekarang masih eksis,” ungkapnya.

Untuk pembelian, sambungnya akan meningkat ketika ada event-event. DI mana banyak wisatawan dari daerah lain atau mancanegara datang. Salah satunya Erau di Kutai Kartanegara. ”Mereka (turis) biasanya berbelanja oleh-olehnya di sini,” tambahnya. Kisaran harga barang-barang yang di jual di Citra Niaga pun relatif murah. Berkisar Rp 5–250 ribu, menyesuaikan besar kecil dan bahan, tenun, rotan.

Di sini Anda juga bisa menemukan barang antik. Seperti toko Antik Lima Saudara milik Herlina dan Syarwani. Selain menjual pernak-pernik khas Kaltim, toko ini juga menjual barang-barang antik seperti guci, keris, badik, samurai, piring, mata uang lama, dan lain-lain.

Toko yang sudah berdiri mulai tahun 2011 ini pun dikenal hingga berbagai daerah baik Kalimantan dan daerah lain. “Barang antik ini saya dapatkan dari orang-orang tua yang memang menyimpan barang-barang lama. Harganya bervariasi tergantung tingkat kesulitan mencarinya, tahun, dan jenis barangnya. Jadi harganya tidak bisa ditentukan,” ucap Syarwani. Adapun kendala yang dihadapi biasanya terkait bahasa. Terutama saat berhadapan dengan turis asing. (*/ain/ndu/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB
X