SANGATTA–Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang belakangan marak terjadi di Kutai Timur (Kutim), membuat masyarakat ekstra-waspada. Status siaga diprediksi hingga Desember.
Kepala BPBD Kutim Syafruddin menyatakan, status itu masih bertahan, meski hujan mulai turun di beberapa daerah. Namun, prediksi hotspot masih berlanjut hingga akhir tahun. Imbauan yang diberikan Bupati Kutim Ismunandar Agustus lalu, dianggap tetap berlaku sebagai upaya kewaspadaan.
"Kemarau diprediksi sampai akhir tahun, makanya tetap siaga dan berjaga," ujarnya.
Ditemui terpisah, Sekretaris BPBD Kutim Agung menjelaskan, status siaga tidak meningkat. Namun, imbauan siaga masih tetap berlaku. Sebab, antara Oktober–Desember akan ada satu bulan musim panas kembali. "Siaga itu ada tingkatannya, seperti darurat atau waspada, di Kutim siaga biasa, tapi tetap hati-hati," tuturnya.
Ada siaga satu, dua, dan tiga. Namun, Kutim tidak termasuk di dalamnya. Sebab, SK yang diterima dari pimpinan daerah hanya siaga.
Di lapangan, sejumlah kendala kerap dihadapi. Khususnya dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan terlebih gambut. Salah satunya yang paling terasa adalah jumlah personel yang terbatas. Masalah lain ada sarana-prasarana (sarpras) yang juga minim. Sebelumnya, karhutla menerjang hampir seluruh kecamatan di Kutim, dengan rentang waktu setiap hari. Bahkan, dalam sehari, api melahap lahan di titik dan daerah berbeda dengan waktu yang nyaris bersamaan.
Dari pantauan harian ini, melalui aplikasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), tidak banyak titik api di daerah Kutim. Namun, hal tersebut bukan jaminan tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, lahan di Jalan Ring Road, Sangatta Selatan, dan daerah lainnya di Sangatta Utara yang mendekati RSUD Kudungga. Warga yang bermukim di kawasan tersebut bahkan sempat mengeluarkan barang-barangnya, takut karhutla turut menyerang permukiman.
Syafruddin menegaskan, meski jumlah personel kurang, pihaknya tetap melakukan sosialisasi dan berjaga di beberapa daerah, khususnya yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan. (*/la/dra2/k8)