Bisa dihitung jari, bahkan sudah benar-benar tidak diketahui. Permainan tradisional yang mulai ditinggalkan. Seiring berkembangnya teknologi dan kemajuan zaman yang serba-elektronik, permainan yang biasa memanfaatkan alam tidak lagi digandrungi. Ada yang unik dengan rangkaian HUT Kutim tahun ini.
GARIS putih membentuk beberapa persegi. Garis itu menjadi lintasan khusus bagi pemain yang tugasnya berjaga. Jaraknya 4 meter setiap persegi. Setiap regu masing-masing bisa 4–5 orang. Setiap daerah namanya berbeda-beda. Di Kutim, orang-orang dulu lebih mengenal dengan sebutan permainan “asin jaga”.
Sebagai upaya melestarikan permainan tradisional, yang dianggap mulai jarang dijumpai, Pemkab Kutim sengaja melombakan asin jaga dan olahraga kasti, tepat di pembukaan agenda HUT ke-20 Kutim, sekaligus dirangkai dengan upacara Hari Kesaktian Pancasila yang dihelat kemarin (1/10) di halaman kantor bupati.
Sekda Kutim Irawansyah menjelaskan, tepat 12 Oktober nanti, merupakan hari jadi Kutim. Dia merasa permainan tradisional mulai kurang dikenal, khususnya kalangan milenial. Bagi dia, merasa resah dengan kondisi tersebut. Inisiatif muncul. Mengadakan perlombaan yang dapat mendidik masyarakat, khususnya anak muda sebagai generasi penerus bangsa. "Sekarang mulai tidak dilirik, harus dikenalkan ke khalayak, agar generasi muda tahu adanya perlombaan yang memiliki kekompakan," ujarnya dalam sambutan seusai pelaksanaan upacara Hari Kesaktian Pancasila kemarin (1/10).
Sekretaris Dispora Kutim Darmasnsyah menjelaskan, peringatan HUT Ke-20 Kutim merupakan momen tepat untuk melestarikan perlombaan tradisional. Dia tentu sangat mendukung. Perlombaan itu rupanya menarik perhatian. Sorak-sorak penyemangat membuat setiap regu yang bermain terlihat menikmati. Dua lomba itu sampai diikuti 78 regu. "Kami berupaya selalu menampilkan beragam permainan tradisional," katanya. Menurut dia, lomba tradisional harus terus digelar.
Sebelumnya, lomba tradisional lain juga sudah dibuat saat perayaan HUT RI, Agustus lalu. Selanjutnya, dalam pelaksanaan pesta adat juga rencananya dilaksanakan hal serupa, namun berbeda jenis. "Ciri khas Kutim, setiap perayaan selalu dihubungkan dengan hal-hal tradisional. Nanti di pesta adat akan ada gasing dan sumpit," tuturnya. Turut melibatkan pelajar se-Kutim, sebagai upaya pengenalan dan pendidikan melalui sekolah. "Kami selalu ajak pelajar jadi peserta, minimal mereka kenal dan bisa terus dilestarikan," tutupnya. (*/la/dra2/k8)