Sriwijaya Kian Berat Terbang Tinggi

- Selasa, 1 Oktober 2019 | 12:38 WIB

JAKARTA– Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengisyaratkan bahwa kerja sama maintenance Sriwijaya Air Group dengan PT Garuda Maintenance Facility (GMF) akan tersambung lagi. Beberapa hari belakangan sempat terjadi perselisihan antara Sriwijaya dan Garuda Indonesia Group yang membuat keduanya pecah kongsi.

Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (KPPU) Kemenhub Capt Avirianto mengungkapkan, pemerintah melalui Kemenhub maupun Kementerian BUMN sempat memfasilitasi dua perusahaan itu. ”Beberapa perselisihan memang muncul dalam kerja sama tersebut,” jelas Avirianto kepada Jawa Pos kemarin (30/9).

Pemerintah, lanjut dia, selama ini mengawasi maintenance Sriwijaya Air, termasuk dengan PT GMF. Namun, dalam beberapa hari terakhir kerja sama tersebut terhenti. Hal itu membuat pemerintah khawatir dengan standar keselamatan penerbangan Sriwijaya Air. ”Jadi, kami beri waktu sampai 2 Oktober. Jika belum teken kontrak dengan perusahaan maintenance mana pun, kami akan hentikan operasionalnya (Sriwijaya Air, Red),” jelasnya.

Syukurlah, papar Avirianto, sudah tercapai kesepakatan antara Sriwijaya Air dan GMF untuk meneruskan kerja sama lagi. Hal itu tercapai setelah dilakukan beberapa musyawarah dengan difasilitasi Kementerian BUMN dan Kemenhub. ”Besok (hari ini, Red) diteken kembali,” tambah dia.

Walau begitu, kinerja Sriwijaya sepertinya bakal tetap berat lantaran terbelit banyak utang. Kabar terganggunya operasi Sriwijaya Air sudah menyebar dalam beberapa waktu terakhir. Imbasnya, dua direktur Sriwijaya Air mengundurkan diri kemarin. Mereka adalah Direktur Operasi Capt Fadjar Semiarto dan Direktur Teknik Romdani Ardali Adang. Keduanya khawatir dengan kondisi Sriwijaya pasca berhentinya kerja sama operasi dengan Garuda.

Sebelumnya, beredar surat rekomendasi Sriwijaya Air stop operasi. Surat tersebut dilayangkan langsung oleh Direktur Quality, Safety, dan Security Sriwijaya Air Toto Soebandoro kepada Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena. Rekomendasi tersebut dikeluarkan setelah dilakukan peninjauan dari segi perawatan dan pemeliharaan pesawat. Menurut Toto, rekomendasi itu bersifat internal, bukan untuk konsumsi publik.

”Pertama, saya tidak pernah sama sekali membicarakan itu kepada pihak di luar perusahaan. Itu murni masukan yang hendak saya sampaikan dalam rapat manajemen terkait temuan dan kondisi beberapa waktu yang lalu dan sifatnya kondisional saja,” tutur Toto kemarin (30/9).

Dalam surat rekomendasi berhenti operasi, disinggung beberapa hal. Antara lain, ketersediaan tools, equipment, minimum spare, dan jumlah qualified engineer ternyata tidak sesuai dengan laporan tertulis kepada Dirjen Perhubungan Udara dan Menhub. Termasuk, bukti bahwa Sriwijaya Air belum berhasil melakukan kerja sama dengan JAS Engineering atau MRO lain terkait dengan dukungan line maintenance. Hal itu membuat risk index Sriwijaya Air Group masih berada dalam zona merah 4A.

Meski demikian, Toto yakin bahwa kini Sriwijaya Air dan NAM Air sudah dapat mengatasi permasalahan yang ada melalui direktorat terkait. ”Kemarin direktur teknik sudah memberikan klarifikasi dan tanggapan atas temuan kami. Kini semua sudah dapat diatasi. Dan, Sriwijaya Air dan NAM Air dipastikan masih mengudara,” pungkasnya. (tau/agf/c11/oki)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X