Catatan dari Edukasi Pokdarwis Muara Siran, Gagas Satu Paket Wisata

- Senin, 30 September 2019 | 17:45 WIB

Era milenial, kebutuhan wisata kian penting. Hal itu menjadi tantangan jajaran pemerintah daerah untuk membangun sektor pariwisata sebagai potensi pendapatan.

 

BERWISATA pada prinsipnya dilakukan untuk menghilangkan rasa penat. Liburan menjadi pilihan. “Sekarang ini banyak isu hoaks, sudah ndik bujur etam pikirkan,” ujar Kadispar Kukar Sri Wahyuni saat memberikan edukasi wisata pada Pokdarwis Muara Siran, Muara Kaman, beberapa hari lalu.

Ragam tekanan pikiran itu membuat liburan begitu penting bagi pekerja-pekerja keras. Menurut Sri, saat ini setiap orang memiliki gadget. Habis itu, seharian dibaca hoaks semua. “Jadi, isi kepala penuh, capek. Akhirnya kita perlu rehat,” ujarnya.

Mengapa sekarang ini wisata itu penting? Wisata itu sebenarnya perjalanan yang direncanakan, walaupun perencanaannya tiba-tiba. Konsep dasar pariwisata itu ada tiga. Pertama, apa yang bisa dilihat. Kedua, tempat yang dituju apa yang bisa dilakukan. Ketiga, di tempat itu apa yang bisa dibawa pulang.

“Jadi, apabila etam menawarkan wisata, ya intinya apa yang bisa dilihat, dilakukan, dan dibawa pulang. Misalnya kerajinan tangan, makanan olahan seperti pija (ikan asin), salai (ikan asap),” jelasnya.

Yang bisa dilihat seperti panorama alam. Misalkan, panorama di Muara Siran, kita bisa melihat matahari terbit di tengah danau. Lalu, tradisi di daerah ini perlu dikembangkan lagi, penari yang ada sudah luar biasa. Lekuk tubuhnya, gerakannya bagus.

“Penari tunggal, kenapa menarik ditonton? Karena dia menari dengan hati dan senyum. Padahal, tak kenal dengan orang di sekelilingnya. Itulah menari dengan hati. Tujuannya memberikan hiburan,” terangnya.

Nah, sekarang, apalagi yang bisa diangkat di Muara Siran. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) kades setempat, karang taruna, dan tokoh masyarakat. Contohnya, nanti di sekitar kantor desa ada pusat informasi wisata dan pusat informasi UKM. Jadi, nantinya di sini ada informasi tentang kampung pro-iklim.

Kemudian, kunjungan dari PBB dan warga Thailand yang tergabung dalam kemitraan karbon hutan hingga percontohan masyarakat yang melestarikan hutan gambut. “Mungkin foto atau replikanya dipajang di museum ini,” tuturnya.

Sebenarnya galeri atau museum ini sebagai wadah belajar. Kenapa harus ke Muara Siran? Sebab, di sini desa konservasi hutan gambut. Apalagi saat ini di Muara Kaman, ada situs yupa sering dikunjungi wisatawan Bali. “Mereka menganggap tanah Kutai ini kawitan orang Bali karena ada situs Hindu tertua,” jelasnya.

Bahkan Bupati Karanganyar, sudah dua kali datang. Pertama, bupati membawa para kepala dinas dan staf. Yang kedua kalinya datang membawa kades-kadesnya. “Saya yang mendampingi saat ke situs yupa Muara Kaman,” ucapnya.

Dispar berharap nantinya ada mahasiswa hingga dosen Universitas Udayana. Jadi, paket bisa jadi satu. “Yang dijual situs Muara Kaman dan Muara Siran ini. Nanti kami suarakan untuk belajar bagaimana melakukan penurunan emisi karbon di sini,” tuturnya. (adw/kri/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X