Sudden Infant Death Syndrome, Merenggut Nyawa Tanpa Gejala

- Senin, 30 September 2019 | 17:14 WIB

Sistem kekebalan tubuh bayi yang masih berkembang, membuat mereka rentan penyakit. Pada zaman yang semakin canggih ini, terdeteksi satu kasus yang bisa langsung merenggut nyawa bayi. Tanpa gejala, tanpa penyakit.

 

DALAM dunia medis, dikenal istilah sudden infant death syndrome (SIDS). Kematian mendadak bayi sehat saat tidur. Perlu diketahui ini adalah suatu kondisi atau kejadian, bukan salah satu jenis penyakit atau virus. Walhasil, kondisi ini tidak dapat diprediksi atau dicegah.

Hal itu dijelaskan dr Annisa Muhyi SpA M Biomed. Dia juga sempat disambangi beberapa orangtua mengenai kasus tersebut. “Saya hanya mau berdiskusi, membagi informasi secara umum dan garis besarnya saja. Bukan dikaitkan, dengan kasus si A, B, atau C. Sebab, begitu banyak penyebabnya, jadi harus diperiksa langsung dan tidak boleh mengira-ngira,” ucapnya.

“Pada SIDS, gejala yang muncul atau diutarakan ibu bayi yaitu mendadak berhenti napas dan membiru. Gejala lain, sebelum dibawa ke RS, bayi tiba-tiba tampak sulit napas, kebiruan, gerakan mengentak-entak dan kaku pada salah satu anggota gerak,” lanjut Annisa.

Dia mengungkapkan, sampai sekarang belum terdeteksi penyebab pasti sindrom kematian bayi mendadak. Dari banyak literatur dan artikel menyebutkan, kelainan otak menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan untuk bangun. Selain itu, infeksi pernapasan menyebabkan sindrom ini.

“Namun, yang pasti SIDS itu sering terjadi pada anak kurang dari 12 bulan. Kalau puncak tertingginya, pada bulan-bulan awal kelahiran. Yakni, pada dua hingga empat bulan usia bayi,” tambahnya.

Tak hanya kelainan otak, ada beberapa kebiasaan yang bisa meningkatkan risiko bayi mengalami SIDS. Salah satunya bedong bayi. Sebagian dari Anda mungkin terkejut. Sebab, bedong bayi yang diyakini mampu membuat bayi lebih tenang dan nyenyak saat tidur rupanya meningkatkan risiko SIDS.

“Membedong bayi tidak dianjurkan. Apalagi kalau terlalu kuat. Bayi akan sulit bernapas bahkan menghalangi ruang geraknya. Walhasil, selain gerak, otot pernapasan akan terganggu. Bayi akhirnya kesulitan bernapas dan kurang disadari orangtua,” bebernya.

Selain membedong bayi, dr Annisa menyebutkan, jika menggunakan gurita juga berisiko. Faktor lainnya datang dari bayi prematur dan berat badan bayi kurang ketika dilahirkan.

“Nah, nyaris 60 persen bayi yang terkena SIDS adalah laki-laki meski belum ada penelitian pasti dan etiologinya. Namun, secara garis besar, emang nyaris lebih sering menimpa laki-laki,” imbuhnya.

Dikatakan sebelumnya, SIDS merupakan suatu kondisi. Belum ada cara untuk menanggulanginya. Hanya, bisa diminimalisasi dengan kebiasaan-kebiasaan yang diubah. Misal, tidak membiarkan bayi satu ranjang dengan orangtua saat tidur.

“Kejadian SIDS meningkat pada bayi yang tidur seranjang dengan orangtuanya. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan besar bayi tertindih orangtuanya, sehingga bayi tidak dapat bernapas. Etiologi SIDS ini sedikit rumit dijelaskan hanya melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis, kecuali kita melakukan autopsi kepada bayi untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya,” pungkasnya. (*/nul*/rdm2/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X