Politik Menghangat, Rupiah-IHSG Terpukul

- Minggu, 29 September 2019 | 00:34 WIB

Ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut diprediksi malah menguntungkan emerging market atau negara-negara berkembang. Modal asing akan mengalir deras lantaran lemahnya perekonomian sejumlah negara maju. 

’’Indonesia akan mendapatkan aliran modal asing yang tinggi,’’ ujar Deputi Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjarnako saat pelatihan wartawan ekonomi di Denpasar kemarin (27/9). Derasnya aliran modal asing turut membuat cadangan devisa Indonesia terjaga. BI sendiri mencatat, sampai Agustus, aliran modal asing yang masuk RI mencapai USD 3,5 miliar. 

Aliran modal tersebut masuk pada instrumen di sektor publik dan swasta dalam bentuk PMA (penanaman modal asing) dan investasi portofolio. ’’Artinya, kita masih menarik dan ada orang mau datang,” imbuhnya. 

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyatakan, dunia internasional akan kehilangan momentum menguntungkan bila tidak memprioritaskan berinvestasi di negara-negara Asia Tenggara. Sebab, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemajuan masyarakat di Asia Tenggara cukup baik. ’’Dengan kombinasi skala populasi yang sangat besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, peluang bisnis di ASEAN masih sangat menjanjikan,’’ katanya. 

Ekonom Indef Nawir Messi menambahkan, Indonesia sendiri masih kalah dengan negara-negara tetangga dalam menarik investasi. Hal itu terlihat dari tidak dipilihnya Indonesia sebagai negara tujuan ketika terjadi relokasi investasi akibat perang dagang. Investor lebih memilih Vietnam dan Thailand. ’’Ya, kita lemah dari sisi regulasi, kualitas tenaga kerja, dan lain-lain,’’ sahutnya. Hal itu harus diperbaiki. Menurut Nawir, reformasi regulasi harus dipercepat. Terutama dari sisi perpajakan, kemudahan berusaha, dan penegakan hukum. 

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menilai, sistem regulasi di dalam negeri masih memiliki banyak kekurangan. Di antaranya, sinkronisasi online single system (OSS), masih adanya aturan-aturan yang terbentur satu sama lain, serta tidak sinkronnya kebijakan di ranah pemerintah pusat dan daerah. ’’Ini memang masih kita perbaiki semuanya,’’ ucap Iskandar.

Sementara itu, kondisi global belum menunjukkan perbaikan. Bahkan, ketidakpastian diprediksi terus berlangsung dengan wacana impeachment Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, ditambah dengan adanya ketegangan Timur Tengah. Dari sisi domestik, eskalasi politik masih berlanjut. ’’Pasar tampaknya mulai takut dengan kondisi ini. Kita lihat investor asing mulai menjual, dan keluar (dari pasar). IHSG turun, rupiah melemah,” jelas Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdulah. 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada sore kemarin (27/9) terpantau melemah di kisaran Rp 14.170 per dolar AS. Berdasar data Bloomberg, pada penutupan perdagangan di pasar spot, rupiah tercatat berada di level Rp 14.172,5 per dolar AS atau terdepresiasi 0,05 persen. Sedangkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI menunjukkan rupiah melemah 4 poin di posisi Rp 14.16 

Senada dengan rupiah, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan kemarin. IHSG terkoreksi 33,44 poin atau 0,54 persen ke level 6.196,88. Investor asing jual saham Rp 179 miliar di pasar reguler. (vir/rin/ken/dee/c17/oki) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X