Terima Kasih Palu, dan Ibu

- Sabtu, 28 September 2019 | 22:54 WIB

CATATAN

Dwi Restu, Wartawan Kaltim Post

SATU tahun lalu, tepat 28 September 2018, Indonesia berduka. Saudara kita di Sulawesi Tengah, khususnya Palu, Sigi, dan Donggala terkena musibah. Gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi menghilangkan nyawa puluhan ribu jiwa.

Hari itu, Jumat, di Kantor Kaltim Post Samarinda. Mata saya fokus ke layar monitor, sementara jemari di keyboard komputer meja kerja. Menjelang senja, rutinitas saya sebagai jurnalis berada pada jam deadline. Seketika melihat mata jadi berbayang. Tepat 5 menit sebelum azan Magrib berkumandang. Layar monitor bergoyang. Dari seberang meja kerja, teman menegur. “Bang, enggak ngerasa goyang?” tanyanya. Saya hanya membalas, ayo keluar. “Gempa,” teriak saya.

Dari lantai tiga kantor, derap langkah kaki membuat saya semakin yakin, musibah sedang melanda. Di luar kantor, lampu yang menggantung di kafe tempat saya biasa memesan makanan ketika lapar, ikut bergoyang.

Sejurus kemudian, kabar di media sosial (medsos) bertebaran, Kaltim diguncang gempa. Namun, tak lama kemudian, berita terkonfirmasi datang dari Sulawesi Tengah berkekuatan 7,4 SR. Tiga kabupaten, Palu, Sigi, dan Donggala-lah yang sejatinya diguncang gempa dan tsunami.

Di ponsel telepon berbunyi. “Kamu di mana, Nak. Kerasa gempa juga kah?” tanya ibu saya. “Enggak kenapa-kenapa ‘kan?” sambungnya. Malamnya, saya memutuskan untuk menengok ibu di Balikpapan. Hanya sehari semalam menginap, saya putuskan kembali ke Kota Tepian. Menjalankan rutinitas wartawan. Minggu pagi, masih di ujung September, telepon dari bos saya membuat hati jadi tertantang.

“Berangkat ke Palu besok (Senin),” begitu singkatnya percakapan. Saya izin dengan ibu. Walau berat, dia tahu putra keduanya itu memang keras kepala. Jujur, saat itu ibu saya masih khawatir, karena Palu masih diguncang gempa terus-terusan. Saya menuliskan pesan ketika hendak berangkat ke Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan. “Kalau saya di sana (Palu) ada apa-apa, kabar saya pasti sampai ke ibu.”

Cemas, sudah pasti. Ponsel memang saya langsung matikan. Saya harus menghemat penggunaan baterai. Tapi, jadwal keberangkatan yang seharusnya pukul 15.00 Wita, dibatalkan. Sang pramugari hanya memberitahukan, runway di Bandara Palu tidak bisa dilintasi.

Ribuan orang memadati landasan pacu bandara. Sore itu pula saya berkoordinasi dengan senior. “Kamu tetap berangkat, ada kapal malam ini yang bertolak ke Palu. Semua urusan surat nanti ada yang bantu, pokoknya berangkat,” pesan senior. Saya tidak sendiri, ditemani fotografer. Saiful Anwar, atau akrab disapa Labong.

Kami diinapkan di salah satu kamar di kapal. Berkat bantuan rekan seprofesi saya, Mba Candra. “Kalian hati-hati,” begitu dia ucapkan sebelum kapal yang juga mengangkut bantuan untuk ribuan korban gempa dan tsunami itu bertolak dari Pelabuhan Semayang Senin (1/10) pukul 02.00 Wita.

Sandar di Palu, Pelabuhan Pantoloan, sekitar pukul 17.00 Wita. Ada relawan pula yang satu kapal dengan kami. Semua mengemban satu tujuan, misi kemanusiaan.

Sempat kebingungan. Palu dan sekitarnya masih mencekam saat itu. Saya keluar-masuk pelabuhan. Mencari kendaraan yang bisa ditumpangi. Langit semakin gelap. Karena untuk menuju pusat kota, sekitar 35 kilometer dari pelabuhan.

Tak kehabisan akal, truk Basarnas saya tumpangi. Padahal, di situ membawa kantung jenazah. Dalam kepala saya, yang penting sampai dulu di tengah kota. Truk pun sempat dihentikan oleh warga. Berteriak kelaparan. “Kantong mayat, Pak,” pekik dari ruang kemudi. Napas pun lega.

Kondisinya saat itu memang banyak penjarahan. Sepanjang jalan menuju pusat kota, bau anyir begitu menusuk hidung. Listrik masih padam, jaringan telekomunikasi belum maksimal, warga sekitar tinggal di pinggir jalan. Saya sempat berniat, tak bisa lama di sana. Sampai di pusat kota, guncangan gempa bermagnitudo 5,0 datang sebagai tanda selamat datang. Benar-benar tidur tak nyenyak. Setelah pagi, saya mulai petualangan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X