Opsi Desalinasi Diseriusi

- Kamis, 26 September 2019 | 14:00 WIB

Banyak opsi untuk mengatasi masalah ketersediaan air baku bagi PDAM Tirta Manggar. Desalinasi salah satunya.

 

BALIKPAPAN - Opsi desalinasi air laut mulai diseriusi untuk mengatasi persoalan air baku PDAM yang selama bertahun-tahun tak kunjung tuntas. Kini teknologi desalinasi dalam kajian.

Hal itu terungkap dalam pertemuan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi dengan jajaran direksi PDAM Balikpapan, Rabu (25/9). Dalam kesempatan itu, Rizal kembali menegaskan krisis air bersih yang kini melanda sebagian besar warga di perbukitan tidak terlepas dari masalah utama kota, yakni kurangnya sumber air baku untuk sejumlah instalasi pengolahan air minum (IPAM) yang dioperasikan PDAM.

Rizal menuturkan, butuh waktu untuk mencoba teknologi desalinasi dan saat ini sudah dalam tahap persiapan. “Tinggal 1-3 bulan menyelesaikan administrasi,” katanya. Rizal menambahkan, kesulitan penerapan desalinasi karena membutuhkan biaya yang mahal. Sebab memerlukan listrik yang besar untuk memisahkan garam dari air.

Namun dia optimistis. Apalagi sudah ada pihak yang menawarkan teknologi membuat tekanan air untuk menghasilkan listrik. “Desalinasi air ini yang mahal karena harus pakai listrik untuk memisahkan garam. Kalau bisa manfaatkan tekanan air untuk menyalakan turbin bisa lebih murah,” sebutnya.

Dalam kajian desalinasi yang pernah ada sebelumnya, rencana harga jual dari desalinasi air laut sebesar Rp 15 ribu per kubik. Harga air biasa sebesar Rp 11 ribu per kubik. Jika teknologi ini diberlakukan, tentu saja akan diterapkan pola subsidi silang. Masyarakat menengah ke atas diarahkan pakai air hasil desalinasi.

“Masyarakat yang menengah ke bawah bisa pakai air PDAM. Kita kombinasi nanti sesuai kemampuan,” bebernya.

Selain opsi desalinasi, Pemkot Balikpapan segera memaksimalkan kapasitas Waduk Teritip yang baru berfungsi 50 persen. Sebab instalasi pipa transmisi baru terpasang di wilayah timur kota, menggunakan APBD kota. Opsi mengoptimalkan Embung Aji Raden juga dilakukan.

Rizal mengungkapkan, opsi paling potensial penambahan sumber air baku adalah dari Sungai Telakai di Semoi Sepaku, PPU. Kapasitasnya sekitar 2.000 liter per detik. Lalu Sungai Merdeka Samboja juga bisa menjadi opsi tambahan.

“Bisa juga Sungai Mahakam yang debit airnya memang menjadi sumber air baku terbesar di Kaltim,” ungkapnya.

Karena itu, Pemkot Balikpapan akan mendorong Pemprov Kaltim untuk ikut campur mengatasi masalah defisit sumber air baku.

Apalagi di masa mendatang, Balikpapan berperan penting sebagai kota penyangga ibu kota negara. “Masalah ketersediaan air harus menjadi perhatian,” sebutnya.

Dia mengungkapkan, opsi penggunaan sumur dalam sudah tidak memungkinkan. Berkaca dengan yang terjadi di Jakarta, penggunaan sumur dalam justru bisa membuat rongga di bawah tanah. Akhirnya tanah menurun dan ambles. “Sumur dalam ke depan tidak bisa dan harus dibatasi. Bahaya jadi rongga seperti di Jakarta,” ujarnya. Sehingga akan jadi masalah nanti di masa depan jika kota bergantung dengan sumur dalam. (gel/ms/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X