Hujan lumayan deras mengguyur Kota Minyak kemarin pagi. Hanya sebentar, namun berdampak pada menurunnya kepekatan asap yang berminggu-minggu mengganggu aktivitas warga.
BALIKPAPAN – Kemarau perlahan berlalu. Setelah Sabtu (21/9), langit Balikpapan Selasa (24/9) pagi kembali mencurahkan hujan. Berlangsung sekitar 30 menit.
Meski tidak dengan intensitas besar, cukup membantu berkurangnya polusi asap di Kota Minyak. Kasi Data dan Informasi BMKG Balikpapan Mulyono Leo Nardo menuturkan, sejumlah daerah di Kaltim juga mulai mengalami hujan.
Namun hujan beberapa saat kemarin masih belum memberikan dampak signifikan terhadap penurunan jumlah titik panas (hotspot) di Benua Etam. Tercatat pantauan BMKG, hotspot di Kaltim masih sebanyak 164 titik per Selasa pukul 17.00 Wita. Di mana, lokasi terbanyak berada di Kutai Barat, Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur.
“Tapi hujan bisa mengurangi pekatnya asap di Balikpapan. Sehingga jarak pandang (visibility) bisa semakin jauh,” ucapnya. Dia menuturkan, beberapa hari terakhir kondisi cuaca imbas asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) perlahan mulai membaik. Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, Balikpapan akan cerah berawan sepanjang hari ini. Dengan suhu sekitar 25-31 derajat dan kelembapan 70-90 persen.
BMKG memperkirakan, Balikpapan masih berpotensi mengalami musim kemarau panjang. Dia menjelaskan, musim hujan di Kaltim diperkirakan terjadi akhir Oktober atau awal November. Pihaknya memprediksi musim hujan baru akan turun paling cepat November mendatang. Namun, beberapa daerah justru ada yang baru memasuki musim hujan pada bulan Desember hingga Januari mendatang.
“Sedangkan puncak musim hujan Balikpapan baru terjadi di Desember nanti,” imbuhnya. Dia menjelaskan, setiap daerah memiliki puncak musim kemarau yang berbeda. Kutim, Berau, Bontang, dan Kukar bahkan telah melewati puncak musim kemarau lebih dahulu pada Juli.
“Sementara Balikpapan, PPU bagian tengah, dan Kukar bagian bagian tenggara baru mengalami puncak musim kemarau pada Oktober,” katanya. Mulyono menjelaskan, puncak musim kemarau adalah waktu di mana terdapat jumlah curah hujan terendah dalam periode tiga dasarian.
Balikpapan sendiri termasuk wilayah dengan sifat hujan di atas normal. Perhitungannya diperoleh dari rata-rata jumlah curah hujan selama musim kemarau dalam periode waktu 30 tahun. Kategori normal berada pada rentang 85-115 persen dari jumlah curah hujan (CH) rata-rata musim kemarau 30 tahun.
“Sedangkan kategori atas normal, lebih dari 115 persen dari jumlah rata-rata CH musim kemarau 30 tahun. Artinya lebih basah,” ungkapnya. Sebagai informasi, secara nasional BMKG memprediksi musim hujan di Indonesia akan terjadi bulan November.
Sementara di Kaltim diprediksi akan terjadi pada bulan Agustus-September. “Menghadapi kondisi puncak kemarau perlu diwaspadai pada wilayah yang rentan terhadap bencana akibat curah hujan yang rendah,” tutupnya. Misalnya kekeringan, kebakaran hutan dan lahan serta penyediaan air bersih. (gel/ms/k15)