Permukaan Air Laut Naik, Puluhan Kota Terancam Menghilang

- Senin, 23 September 2019 | 09:24 WIB

Perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global bukanlah isapan jempol. Aktivis lingkungan berjuang agar kerusakan di bumi tidak kian parah.

 

 

Ribuan warga memadati Manila Bay, Filipina, kemarin (21/9). Mereka bukanlah pengunjung yang hendak menikmati deburan ombak, tapi para pencinta lingkungan yang bersiap bersih-bersih. Dengan mengenakan sarung tangan dan membawa karung besar, mereka bergerak cepat memunguti sampah.

Kemarin adalah peringatan ke-34 International Costal Cleanup Day. Total ada lebih 10 ribu orang yang terjun membersihkan Manila Bay. Perjuangan mereka cukup berat karena selama ini area tersebut dikenal penuh sampah. Selama ini sampah plastik memang menjadi masalah di negara-negara Asia Tenggara. Utamanya Filipina, Vietnam, dan Indonesia.

''Plastik berdampak pada kehidupan laut karena mereka pikir itu adalah makanan,'' terang Mae Angela Areglado, salah satu peserta seperti dikutip Agence France-Presse. Sudah tidak terhitung berapa kali ditemukan binatang laut dengan perut penuh sampah plastik di Filipina dan berbagai belahan bumi lainnya.

Aksi bersih-bersih sampah di pantai itu tidak hanya dilakukan di Manila, juga di kota-kota lainnya di dunia. Aksi tersebut juga berbarengan dengan World Cleanup Day ke-11. Ini merupakan program untuk membersihkan lingkungan, bedanya lebih terpusat di jalanan.

''Meski aksi yang kami lakukan adalah hal kecil seperti membersihkan sampah di trotoar, tapi itu bisa menyebarkan pesan yang berarti,'' ujar Hoang Thi Haon, pencinta lingkungan dari Hanoi, Vietnam. Ada 1.400 relawan di kota tersebut yang turun ke jalan untuk bersih-bersih.

Berdasar hasil laporan PBB tahun lalu, 79 persen plastik bekas berakhir di tempat sampah. Hanya sebagian kecil yang didaur ulang. Dari 9 miliar ton plastik yang diproduksi di dunia ini, hanya 9 persen yang berakhir di mesin daur ulang.

Sehari sebelumnya, jutaan massa juga memadati berbagai kota besar di dunia untuk menuntut perlindungan terhadap lingkungan dan mencegah terjadinya perubahan iklim. Aksi yang diinisiasi oleh Greta Thunberg itu dilakukan di 4.500 kota di 150 negara. Total ada lebih dari 4 juta orang ikut andil.

Perubahan iklim adalah ancaman nyata. Mereka yang mengungsi karena perang masih punya harapan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing. Namun, tidak demikian halnya dengan korban perubahan iklim.

''Ketika permukaan air laut naik, kita bicara soal migrasi tanpa opsi untuk kembali,'' tegas Francois Gemenne, direktur Hugo Observatory di Liege, Belgia. 

Pakar lingkungan dan geopolitik itu menegaskan bahwa sejak 1900, permukaan air laut sudah naik 15–20 sentimeter. Itu adalah efek langsung dari perubahan iklim. Berdasarkan draf laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), jika pemanasan global bisa ditekan hanya sampai 2 derajat celsius di atas masa pra-industri, permukaan air laut bisa naik hingga setengah meter. Sebagian kota di tepi pantai bakal tenggelam. Diperkirakan 280 juta penduduk akan kehilangan tempat tinggal.

-

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X