Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper mengaku bakal mengirimkan pasukan tambahan ke Arab Saudidan Uni Emirat Arab. Tindakan ini dilakukan guna memenuhi permintaan Arab Saudi yang mengalami serangan di fasilitas kilang minyak terbesar pada akhir pekan lalu.
Serangan yang dilakukan melalui pesawat nirawak alias drone itu sudah diklaim dilakukan oleh kelompok pemberontak Yaman, Houthi. Meski begitu, AS menuduh Iran pelaku serangan yang memangkas 5 persen produksi minyak dunia tersebut.
Esper menyebut, Juni lalu Iran menyerang drone mata-mata AS setelah mereka menangkap kapal tangki Inggris. Kepala markas Pentagon itu mengatakan, sikap itu kemudian dikombinasikan serangan ke Arab Saudi.
"Untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, Arab Saudi meminta bantuan internasional untuk membantu melindungi infrastruktur penting kerajaan. Uni Emirat Arab juga telah meminta bantuan," kata Esper seperti dilansir dari AFP.
Esper mengungkap, Presiden AS Donald Trump setuju penempatan pasukan yang dikatakan bakal bersifat defensif dan fokus utamanya pada pertahanan udara dan rudal.
Jumlah pasukan hanya disebut “moderat” dan “tidak sampai 1.000 pasukan”. Belum ada pernyataan resmi dari pihak AS terkait jumlah bala bantuan dan perlengkapan yang akan digunakan.
Sebelumnya telah diberitakan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berencana membentuk koalisi baru untuk membendung ancaman Iran. Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Inggris, dan Bahrain sudah menyatakan setuju masuk koalisi itu.
Meski demikian, beberapa negara lain di Uni Eropa dan Irak sudah menyatakan enggan bergabung koalisi karena dinilai bakal memicu ketegangan lebih lanjut. (int/dwi/k16)