Tantangan Jadi Daya Tarik

- Senin, 23 September 2019 | 08:47 WIB

 Mengayuh Harapan menggantung di tembok Pameran Besar Seni Rupa di BIGmall, Samarinda. Karya tersebut mengantar pelukisnya, Ruji Rahayu bertemu teman lama.

 

PERBINCANGAN melepas rindu tidak terasa panjang. Senyuman merekah dan pelukan hangat pun terjadi. Walaupun lahir dari keluarga seniman, sempat ada keraguan dalam hati Ruji Rahayu akan kemampuannya.

Dulu, masa kecilnya penuh dengan kesulitan. Menjual karya lukisnya pada teman sebaya adalah hal yang biasa. Berawal dari pujian. “Wah gambarmu bagus, katanya,” cerita perempuan itu.

Karena kendala sekolah yang berat, hasil jualannya buat bayar SPP sekolah. Ruji bertekad untuk melanjutkan sekolah. Hingga akhirnya menjadi sarjana seni lulusan Institut Seni Indonesia di Jogjakarta.

Sejak lulus, dia langsung bekerja di Galeri Seni Rupa Jogjakarta. Walaupun jarang mengikuti kompetisi, dia aktif menenggerkan karya-karyanya di pameran. Baik di Bali, Pulau Jawa, maupun Kalimantan.

“Tahun 2009, semenjak pindah ke Pontianak. Jujur memang sedikit kesulitan untuk mengembangkan pribadi saya sebagai perupa,” ungkapnya.

Karena hal tersebut, akhirnya dia memutuskan istirahat selama dua tahun. Tak lama setelah itu, dia mendapatkan kabar akan ada pameran besar koleksi museum. Ruji ditunjuk untuk mengoordinasikan para perupa Kalbar. Dari sanalah, Ruji kembali aktif di dunia seni.

“Di Pontianak memang banyak para seniman pertunjukan, baik itu tari dan teater. Galeri seni rupanya tidak ada,” lanjutnya.

Ruji Rahayu merupakan kelahiran Tulungagung, 27 Agustus 1977. Dia adalah ibu dua anak. Saat proses pembuatan karya Mengayuh Harapan perihal waktu adalah kesulitannya. Sebab, si Sulung dan Bungsu masih membutuhkan perhatiannya.

Sedangkan dalam pembuatan karya hanya diberi batas satu bulan. “Kebanyakan para perupa di sini seumuran saya, yang berasal dari Pontianak ada sekitar 16 orang termasuk saya,” kata Ruji.

Menurut dia, pemilihan karya juga melalui proses seleksi. Kayuh Berimbai adalah temanya. Karena itu, dia memutuskan untuk membuat Mengayuh Harapan dengan objek berupa perahu dari atas.

Ruji menggunakan cat acrylic di atas kanvas. Juga, kulit kayu kapuak sebagai perahu. “Memang dari dulu, saya suka melukis yang ada teksturnya,” jelas dia. Penuh kesabaran dan ketelitian. “Saya gunting perlahan hingga jadi perahu, lalu kayuhnya juga satu demi satu dibuat dari bahan yang sama,” lanjutnya.

Lukisan tersebut secara simbolis menggambarkan perjuangan manusia dalam mengarungi bahtera hidup. Perahu-perahu tersebut mengarah pada satu titik temu para individu dan kelompok. Karena dalam mengarungi kehidupan gelombang rintangan akan terus datang. (*/yui/kri/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X