Asap dan Insaf

- Jumat, 20 September 2019 | 12:10 WIB

Oleh: Bambang Iswanto

Dosen IAIN Samarinda

Jadwal penerbangan ke beberapa bandara di Kalimantan Timur tertunda, bahkan dibatalkan. Akibatnya, banyak urusan tidak berjalan sesuai rencana. Misalnya, konser Padi di Berau hampir batal. Aksi panggung tetap dilakukan, para personel yang sedianya naik pesawat, harus rela melewati jalan darat, dengan durasi waktu yang jauh lebih lama dan melelahkan.

Ada pula beberapa acara yang seharusnya dihadiri narasumber dari luar Kalimantan tapi mesti digantikan narasumber “cadangan”. Dua hal tersebut hanyalah seujung kuku dari dampak asap yang memenuhi langit Kalimantan.

Hampir bisa dipastikan, dampak ekonomi menyertai. Banyak maskapai rugi akibat tertunda dan gagal terbang. Tidak sedikit barang-barang kiriman tertahan di bandara asal, pertemuan-pertemuan terkait bisnis jadi tidak lancar, dan seterusnya.

Dampak negatif asap yang paling ditakutkan adalah ancaman kesehatan akibat udara yang tercemar. Dalam asap terkandung karbon dioksida dan karbon monoksida yang sangat memengaruhi kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Kandungan kimia yang bersenyawa di asap dapat merusak sistem pernapasan manusia. Tidak mengherankan, tiba-tiba penyakit pernapasan meningkat. Ya, semua manusia bernapas. Sumber pernapasan manusia adalah oksigen yang berpadu dengan udara.

Jika kualitas udara buruk, tentu saja kualitas oksigen yang dihirup buruk pula. Senyawa kimia yang berbaur dengan udara, masuk dan terhirup ke tubuh. Pada tingkat tertentu, tidak hanya mendatangkan penyakit, tapi sampai pada kematian.

Bencana asap yang menyelimuti udara Kalimantan dan Sumatra ternyata sangat menyengsarakan manusia. Timbul sakit, kekhawatiran, bahkan kepanikan. Ini baru asap. Saya sempat membayangkan dan membandingkan. Ini baru “anaknya” api. Bagaimana jika api yang memenuhi ruang hidup manusia?

Bisa sangat mungkin, Tuhan baru mengirimkan sinyal peringatan dan sentilan kecil kepada manusia agar mawas dan introspeksi diri. Tuhan mengirimkan pesan lewat asap. “Wahai manusia! Peliharalah alam yang sudah kusediakan, jangan rusak. Kalau merusaknya, kalian sendiri yang menanggung akibatnya”.

Lirik lagu Ebiet G Ade yang berbunyi, “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita” adalah gambaran yang menyiratkan tentang kemarahan alam akibat ulah manusia. Tuhan memberikan teguran, cobaan, musibah, atau azab karena perbuatan dan perlakuan yang tidak adil manusia terhadap alam.

Saya tidak tahu, apakah Ebiet menulis lagu tersebut dari proses perenungannya sendiri tanpa melihat teks keagamaan, atau mencoba menafsirkan isi kandungan Alquran yang banyak menginformasikan tentang datangnya musibah akibat ulah tangan-tangan jahil manusia.

INSAF MAKSIAT DAN EKOLOGIS

Penyebab terbakarnya hutan bisa oleh dua faktor; alam dan ulah manusia. Bumi Kalimantan memiliki karakter khusus. Di bawah tanah, hutan dan lahannya memiliki panas alam yang bisa membakar. Terlebih saat musim kemarau. Akumulasi panas di udara dan panas dari bawah tanah menyebabkan munculnya api secara alami yang membakar hutan.

Dari pemberitaan, didapati fakta, kebakaran yang terjadi lebih dominan disebabkan faktor manusia. Pembukaan lahan dengan motif ekonomi, dengan memanfaatkan situasi kemarau dan kebakaran alami, dilakukan oleh manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab. Oknum-oknum ini bersembunyi di balik faktor alam.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X