Harga CPO Mulai Membaik

- Jumat, 20 September 2019 | 11:36 WIB

SAMARINDA- Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit diharapkan segera meningkat. Pasalnya harga crude palm oil (CPO) pada Agustus mencapai USD 541 per metrik ton. Ini merupakan harga rata-rata bulanan tertinggi sejak Maret 2019. Namun, harga minyak sawit masih menunjukkan tren penurunan sejak Januari 2017.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, berdasarkan catatan Gapki, harga CPO global sepanjang semester I rata-rata mencapai USD 492 per metrik ton. Jadi pada Agustus harganya tergolong membaik.

Perbaikan ini disebabkan produksi minyak sawit Indonesia pada Juli naik 8 persen dibandingkan Juni. Karena pada Juni terjadi kekurangan hari panen lantaran berbarengan dengan Idulfitri. Sehingga TBS kelapa sawit terpanen pada Juli. “Volume ekspor produk minyak sawit bulan Juli naik 16 persen dibandingkan ekspor Juni,” ungkapnya, Kamis (19/9).

Dia menjelaskan, penyakit flu babi Afrika menurunkan stok kedelai di Tiongkok yang berdampak pada peningkatan impor minyak sawit dari Indonesia hampir 50 persen dari Juni. Sedangkan konsumsi lokal minyak sawit untuk keperluan pangan pada bulan Juli menurun 6 persen. Hal ini disebabkan pada Mei industri menyiapkan stok produk untuk lebaran yang jatuh pada awal Juni, sehingga pemakaian minyak sawit untuk pangan pada bulan Mei tinggi mencapai 955 ribu ton.

Pada Juli, industri pangan cenderung mengeluarkan stok kelebihan produksi yang dipersiapkan untuk hari besar keagamaan nasional (HBKN). Konsumsi minyak sawit untuk oleokimia meningkat 6 persen dibandingkan dengan Juni. Tetapi relatif sama dengan Mei. Dengan situasi produksi dan konsumsi tersebut, stok minyak sawit pada Juli menjadi 3,5 juta ton atau sekitar 2,7 kali konsumsi lokal bulanan.

“Sehingga pada Agustus harga CPO sedikit membaik mencapai USD 541 per metrik ton,” katanya.

Pihaknya mengakui perbaikan ini belum banyak berdampak jika melihat tren penurunan yang sudah cukup panjang. Perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok menyebabkan stok kedelai di Amerika meningkat, petani serta pemerintah Amerika berusaha mencari pasar pengganti Tiongkok.

Sementara produsen minyak sawit, karena sifat alami tanaman tahunan, tidak mampu menahan produksinya dan harus menjual ke pasar. Terobosan yang akan diambil pemerintah Amerika Serikat untuk mengurangi stok kedelai, akan sangat menentukan keseimbangan minyak nabati yang pada akhirnya menentukan perubahan harga minyak sawit ke depan.

“Terlepas dari ramalan harga minyak sawit yang semakin turun, pengalaman yang lalu mendesak kita untuk segera meningkatkan produktivitas, melakukan efisiensi produksi agar biaya produksinya menjadi kompetitif,” pungkasnya. (ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X