Kekuatan Chemistry Desta-Vincent dalam Pretty Boys

- Jumat, 20 September 2019 | 10:25 WIB

Apa jadinya kalau duo kocak Desta dan Vincent melawak di layar lebar? Dengan kostum perempuan, riasan menor, dan gaya kemayu pula. Pastinya pecah. Itulah gambaran singkat Pretty Boys.

 

ANUGERAH (Vincent Rompies) dan Rahmat (Deddy Mahendra Desta) sama-sama merantau dari kampung. Besar dengan acara televisi, keduanya ingin jadi presenter atau minimal nongol di layar kaca. Berbekal impian itu, mereka merantau ke Jakarta. Berharap ada kesempatan untuk mewujudkan mimpi mereka.

Setelah keluar dari pekerjaan di restoran, Anugerah dan Rahmat akhirnya direkrut menjadi penonton bayaran oleh Roni (Onadio Leonardo) yang centil. Dari penonton bayaran, Anugerah dan Rahmat akhirnya naik kelas jadi host utama acara talk show Kembang Gula. Syaratnya, harus ngondek dan pakai baju perempuan.

Menonton Pretty Boys seperti melihat Desta dan Vincent bertukar candaan, sebagaimana yang mereka lakukan saat menjadi host. Hanya, di film tersebut, ada jalan ceritanya. Keduanya pun total memerankan host kemayu. Lengkap dengan gestur, cara bicara, dan bahasa yang nendang. Asli bikin ketawa.

Tanpa persiapan khusus, mereka sudah punya chemistry yang kuat. Dialog berlangsung natural. Cara mereka menghidupkan lawakan di setiap adegan patut diacungi jempol. ’’Kami ngalir aja sih pas syuting, kan biasa bareng. Ini kayak nge-host versi lebih lama,’’ kata Desta yang menjadi produser film itu.

Selain mereka, Onad juga jadi scene stealer. Tiap kali dia muncul, tingkah gemulainya yang ngegemesin langsung bikin salah fokus. Meski masih banyak yang harus diperbaiki, totalitas Onad patut diapresiasi. ’’Gue udah ancur, ancur aja deh sekalian,’’ tutur mantan vokalis Killing Me Inside tersebut.

Soal cerita, film yang naskahnya ditulis Imam Darto (pemeran Bayu, produser Kembang Gula) itu bisa dibilang cukup umum. Dua perantau mengadu nasib ke ibu kota untuk menjadi bintang. Setelah berada di atas, cobaan mulai menguji mereka. ’’Tapi, di sini saya tambahin. Gimana sih realitas di balik layar pertelevisian yang ngejar rating sampai segitunya,’’ terang Imam.

Penambahan unsur dunia pertelevisian bikin film itu punya sentuhan baru. Apalagi, Vincent, Desta, dan Imam memiliki pengalaman kerja di televisi. Mereka jadi tahu gimana membawakan peran masing-masing.

Selain komedi segar dan cerminan realitas dunia televisi, unsur drama menjadi daya tarik. Jika Vincent dan Desta bertugas menghidupkan sisi komedi, unsur drama lebih hidup berkat Danilla Riyadi (sebagai Asty) dan Roy Marten (sebagai Jono, ayah Anugerah).

Asty menjadi pemantik kisah cinta segi tiga antara dirinya, Anugerah, dan Rahmat. Lantas, Jono memunculkan kisah klasik seputar cita-cita anak yang ditentang orang tua. Dengan kisah drama tersebut, film yang disutradarai Tompi itu tidak cuma bikin ketawa, tapi juga baper.

Bayangkan menghibur orang dengan penampilan bak perempuan, tapi di sisi lain memendam rasa cinta sekaligus berkonflik dengan ayah sendiri. Secara keseluruhan, meski punya tema yang kerap ditemukan di sejumlah film, Pretty Boys cocok bagi mereka yang mencari lawakan mulai awal hingga akhir. (len/c18/jan)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X