Porang Bisa Dibudidayakan di Kaltim, Punya Nilai Ekspor ke Jepang, Tiongkok, dan Vietnam

- Jumat, 20 September 2019 | 10:01 WIB

BALIKPAPAN – Kalimantan Timur diharapkan mampu mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam (SDA) tak terbarukan. Kontribusi sektor ini masih paling tinggi, mencapai 45 persen. Balai Karantina Pertanian Kelas I terus mencari potensi SDA terbarukan untuk mengurai ketergantungan tersebut.

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan Abdul Rahman mengatakan, pihaknya didorong untuk mencari sumber daya alam terbarukan apa yang memiliki nilai ekspor. Setelah buah-buahan seperti pisang kepok, Balai Karantina Pertanian melirik tanaman porang.

 “Potensi ekspor tanaman ini ke Jepang, Tiongkok, dan Vietnam. Di sana konsumsinya cukup tinggi. Dan cara menanam sangat mudah. Di negara tujuan, biasanya dikonsumsi untuk obat atau sayur atau makanan sebelum makan berat,” ucapnya.

Porang termasuk tumbuhan bermarga Amorphophallus. Secara penampilan, porang tumbuh dengan tangkai tunggal atau batang bercorak belang-belang hijau-putih. Tangkai kemudian menjulurkan cabang-cabang sebagai tangkai daun.

Porang hanya bisa tumbuh di bawah pepohonan penyangga seperti pohon jati. Ia akan gagal tumbuh di area persawahan. Tanaman ini, ternyata memiliki manfaat bagi kesehatan. Umbi yang tertanam di dasar tungkai bisa diproduksi dan diolah menjadi produk kesehatan dan kecantikan.

Ia menjelaskan, porang juga bisa ditanam di lahan kelapa sawit. Jika lahan kelapa sawit yang sulit ditanami kembali, maka porang menjadi alternatif. Dan cara menanamnya tidak susah. Bahkan ditinggal saja bisa.

 “Dengan potensi ekspor, nilai porang cukup tinggi apalagi jika diolah. Jual tanaman atau mentahnya sekitar Rp 4 ribu per kilogram. Kemudian, yang sudah dikeringkan atau diolah Rp 48 ribu per kg. Kalau diolah menjadi tepung bisa mencapai Rp 100 ribuan,” ujarnya.

Ia menyebutkan, masa panen tanaman ini enam bulan. Untuk tanam awal satu tahun, kemudian hanya enam bulan masa panen. Dan itu tidak perlu penanganan khusus, ditanam dipantau saja sudah jadi. “Kami melihat lahan sawit yang luas di Kaltim bisa kami tanami di area itu. Bagi tanaman kelapa sawit tidak berpengaruh apapun. Jadi bukan hama,” bebernya.

Ia menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan percobaan tanam di area milik Balai Karantina. “Kami lihat progresnya. Paling tidak kalau jadi akan kami laporkan, dan mendorong Pemerintah Provinsi Kaltim melihat peluang itu,” bebernya.

Lebih lanjut, untuk nonmigas dan batu bara, sektor kelapa sawit masih menjadi nilai ekspor utama di Kaltim. Nilai ekspor produk ini  selama kurun waktu tahun 2018 yang melalui pihaknya telah mencapai 3,64 Triliun rupiah. Selain ke Tiongkok, komoditas ini diekspor ke Filipina. (aji/tom/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB
X