BPBD Kutim Pas-pasan, Sulit Kendalikan Titik Api

- Selasa, 17 September 2019 | 16:49 WIB

Titik api bertambah di Kutim, menyebabkan kabut asap semakin banyak dan meluas. Permasalahan karhutla semakin sulit dikendalikan. Pasalnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kutim mengalami kendala.

 

SANGATTA–Kondisi di Kutim hingga kemarin (16/9) masih diselimuti kabut asap. Titiknya semakin menyebar.

Kepala BPBD Kutim Syafruddin menyampaikan, kendala utama saat ini adalah minim jumlah personel. Dalam catatannya, total pegawai ada 76 orang. Standarnya, paling sedikit ada 150 pegawai. "Untuk menangani karhutla tidak mudah, kami lebih banyak pegawai perempuan, itu tentu tidak bisa dimaksimalkan," ujarnya dalam laporan saat coffee morning kemarin.

Selain sumber daya manusia, unit pemadam masih jauh dari cukup. Misalnya, tangki air. BPBD sejatinya sudah memesan beberapa unit. "Semoga cepat datang bulan ini, ancaman kebakaran hutan dan lahan ini bisa sampai Desember," sambungnya.

Dia meminta, seluruh elemen sama-sama menangani masalah yang tengah melilit Kutim dan daerah lain hampir di seluruh Kalimantan. Mengacu UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, dalam menangani kebencanaan merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.

"Dalam Pasal 5 Pemerintah Bertanggung Jawab atas Bencana, Pasal 26 Masyarakat Berpartisipasi, dan Pasal 28 Dunia Usaha dan Internasional Juga Punya Andil," beber Syafruddin. Dia berharap, Dinas Pemadam Kebakaran (Disdamkar), PDAM, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan unit kebersihan proaktif membantu penanganan karhutla. Pihaknya mengaku siap menjadi leading sektor.

"Pengalaman beberapa waktu lalu, tim sedang memadamkan di Jalan Majai, Sangatta Utara, enggak lama camat Sangatta Selatan telepon daerahnya juga terjadi kebakaran. Itu membuat kami risau, terus terang kami kekurangan tenaga," keluhnya.

Menurut dia, mayoritas kebakaran terjadi sekitar pukul 16.00 Wita. Data dihimpun dari laporan harian yang diterima BPBD Kutim. "Sekecil titik api, sangat perlu diwaspadai,” ujarnya. Masalah lain yang tidak kalah genting adalah sulitnya titik air. Padahal, api kondisinya besar.

Di tempat yang sama, Asisten 1 Pemkab Kutim Suko Buono meminta seluruh masyarakat ikut aktif. Dibakar atau tidak, menurut dia, karhutla memang riskan. Jadi, peranan pemerintah, masyarakat dan stakeholder merupakan hal penting yang harus bersatu.

"Sampaikan juga ke kadisdik, agar diteruskan ke semua orangtua murid supaya dapat menjadikan masalah yang harus diperhatikan,” ungkapnya. Hal lain, keterbatasan sarana-prasarana dapat meminta bantuan ke perusahaan. (*/la/dra2/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X