Fokus Tingkatkan Neraca Perdagangan

- Selasa, 17 September 2019 | 16:35 WIB

SAMARINDA-Kaltim merupakan salah satu daerah yang neraca perdagangannya selalu positif. Neraca positif artinya terjadi surplus perdagangan jika nilai ekspor lebih tinggi dari impor, dan sebaliknya untuk neraca negatif. Namun sayangnya, nilai neraca perdangan Kaltim terus merosot, meskipun masih surplus.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat 78 persen ekspor Kaltim masih berasal dari pertambangan batu bara. Saat ini harga emas hitam terus melemah, tercatat harga batu bara acuan (HBA) hanya USD 65,79 per metrik ton. Nilai itu melemah dibandingkan pada Agustus mencapai USD 81,48 per metrik ton. Jika dilihat trennya sejak 2011, harga batu bara tertinggi pada Februari yang mencapai USD 127 per metrik ton, sedangkan terendah mencapai USD 50,92 per metrik ton.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, setiap bulan neraca perdagangan di Kaltim selalu surplus. Sehingga Bumi Etam terlihat dari sisi perdagangan sangat baik. Padahal ekspor Kaltim hanya mengandalkan satu komoditas yaitu batu bara, terlihat dari dominasi secara strukturnya.

“Walaupun selalu surplus, namun neraca perdagangan Kaltim selalu naik-turun. Hal itu disebabkan masih bergantungnya terhadap satu sektor,” ungkapnya usai Pengukuhan Kepala KPw-BI Kaltim, di Jalan Gajah Mada, Samarinda (16/9).

Dia menjelaskan, Kaltim harus memikirkan alternatif komoditas yang bisa menstabilkan neraca perdagangan. Pertumbuhan yang selalu surplus harus diimbangi dengan kestabilan, sehingga tidak boleh fluktuatif. Saat ini masih fluktuatif karena mengikuti harga batu bara yang juga naik-turun. Kalau Bumi Etam relatif mengekspor komoditas mentah dan belum terproses dengan baik, secara alamiah neraca perdagangan akan terus mengecil.

“Sehingga hilirisasi mutlak dibutuhkan Kaltim agar seluruh komoditas mentah yang diekspor memiliki nilai tambah,” ujarnya.
Menurutnya, dengan hilirisasi nilai ekspor bisa lebih stabil. Kuncinya hilirisasi jika ingin neraca perdagangan Kaltim tetap surplus dan stabil.

Namun, hal itu tidak bisa terjadi dengan sendirinya Bumi Etam butuh membuka investasi seluas-luasnya dari luar daerah. Sebab, Kaltim belum memiliki teknologi untuk memproses komoditas yang ada. Proses menjadi daerah yang maju pasti diawali dengan penguatan-penguatan teknologi.

“Kita harus datangkan teknologi hilirisasi itu, permudah investor agar mau ke Kaltim. Investor datang bawa uang, sisanya dipermudah agar hilirisasi berjalan,” tutupnya. (ctr)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Eksistensi Usaha Minimarket Kian Tumbuh

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20 WIB

Harga Daging Sapi di Kutai Barat Turun

Sabtu, 27 April 2024 | 10:00 WIB

BI Proyeksikan Rupiah Menguat di Kuartal III

Sabtu, 27 April 2024 | 09:01 WIB

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB
X