PROKAL.CO, SAMARINDA - Masyarakat diharapkan kembali menjaga dan menerapkan nilai-nilai ideologi Pancasila. Terutama, menciptakan kerukunan antar Suku Agama dan Ras (Sara). Ini untuk menangkal informasi menyesatkan yang banyak beredar di media sosial dimana sebagian besar masyarakat, lebih tertarik dengan berita negatif.
"Masyarakat kita lebih mencari berita negatif di media sosial yang kadang-kadang informasinya menyesatkan. Jika ada berita negatif, maka ada reaksi. Padahal, berita negatif ini nuansa politiknya tinggi," kata Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, Prof Sarosa Hamongpranoto, SH. MHum.
Menurut Sarosa, masalah Sara, sejak lama sudah selesai. Hanya saja, ada pihak tertentu yang memunculkan kembali.
"Ada yang mengompori terus dan tidak senang dengan kedamaian. Padahal, konfliknya sudah selesai. Yang mengompori ini ada tujuan lain," kata Sarosa.
Pengamat Politik dan Hukum yang juga Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Mulawarman Samarinda meminta berita hoax atau berita bohong tidak dikonsumsi masyarakat dan tak mengartikannya sendiri yang akan berujung konflik.
"Jangan sampai hoax dimakan juga. Akhirnya dikembangkan sendiri. Jadilah keributan," kata Sarosa.
Sarosa mengatakan masyarakat mesti menjalankan ideologi Pancasila dengan selalu saling menghormati dan saling menghargai antar satu sama lain. Dan bukan menjadi pihak yang memecah belah bangsa Indonesia.
"Pancasila itu sudah mengikat kita. Kalau, masyarakat mengingat Pancasila, tidak akan terjadi masalah. Dan, sekarang ini informasi menyesatkan di media sosial sudah tidak terkontrol oleh lembaga dan tokoh di masyarakat yang menjaga kerukunan," ujar Sarosa.
Sementara itu, Reka Ladina Saqila dari Komunitas Pemuda Inspiratif (KOPI) menilai kehidupan bermasyarakat di era sekarang masih cukup baik, terkhususnya pada orang tua.
"Bagaimana mereka yang masih aktif bersosialisasi antar tetangga, contohnya saling bantu jika kerja bakti dan sebagainya. Begitupun sebenarnya pada anak muda kita," ujar Reka.
Reka mengakui banyaknya pengaruh positif maupun negatif dalam ber-sosial media dikalangan masyarakat pun tentu memiliki berbagai dampak.
"Disatu sisi positif memudahkan dalam hal berkomunikasi, mengefesienkan waktu tidak mesti harus datang kerumah memakai kendaraan dan sebagainya namun hal itulah yang juga memiliki sisi negatif, kurangnya intensitas untuk bertemu, berkomunikasi secara langsung," ujar Reka.
"Inii menjadi suatu pekerjaan rumah besar bagaimana cara kita untuk saling mengingatkan dan bersama-sama meningkatkan kepedulian demi kebaikan bersama," jelas Reka. (mym)