SANGATTA-Penutupan lokalisasi Kampung Kajang, Sangatta Selatan, dilakukan sejak beberapa tahun silam. Namun, bukan berhenti, justru tumbuh subur. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kutim menargetkan, dalam waktu dekat akan menertibkan tempat yang ramai ketika akhir pekan itu.
Pasalnya, aktivitas yang dilakukan membuat human immunodeficiency virus/acquired immunedeficiency syndrom (HIV/AIDS) semakin menyebar.
Diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kutim Bahrani, pihaknya sulit mengawasi penyebaran pekerja seks komersial (PSK) di tempat-tempat terselubung. Penutupan rumah prostitusi itu menjadikan para perempuan malah ekspansi ke tempat yang sulit terdeteksi. "Penyebaran penyakit kan melalui hubungan badan. Tempat induknya ditutup tapi banyak tumbuh yang ilegal. Jadi dampaknya luas kalau mereka masih beraktivitas," ujarnya.
Kini aktivitas WTS kerap memanfaatkan media dalam jaringan (online). Termasuk medsos. Itu menunjukkan penutupan lokalisasi tidak cukup untuk menghentikan praktik prostitusi. Kampung Kajang ditutup, tapi di Sangatta menjamur indekos dan hotel sebagai prostitusi.
"Dengan penutupan, menyulitkan pemantauan karena ada penyebaran itu, memang susah," sambungnya. Hal itu dirasa tak menghentikan kegiatan prostitusi di masyarakat luar lokalisasi. Tidak hanya indekos, hotel, dan warung remang-remang yang menjadi sasaran, demi pencegahan, pihaknya menyosialisasikan pentingnya alat kontrasepsi.
"Kalau bisa tingkatkan iman supaya tidak tergoda. Namun, kalau memang tidak cukup kuat, pakai alat pengaman," jelasnya. (*/la/dra2/k16)