BALIKPAPAN— Sudah tiga malam terakhir Yuliana terjaga dari tidur. Lewat tengah malam hingga jelang subuh ia bolak-balik mengecek keran air di wastafel dan kamar mandi. Namun hingga pagi tiba, tak satu pun keran di rumahnya di kawasan Gunung Bugis, Jalan Sultan Hasanuddin Balikpapan Barat meneteskan air.
Padahal persediaan di tandon sudah hampir habis. Ibu dua anak balita ini kebingungan. Di rumahnya ada empat orang dewasa. Ia dan suami, termasuk kedua orangtuanya.
“Jangankan mengalir pelan, tetesan aja nggak ada. Sudah tiga hari tidak ngalir. Tidak ada pemberitahuan juga dari PDAM,” ucap guru matematika dan komputer ini.
Air PDAM yang mengalir di rumahnya memang tidak diplot untuk minum. Namun dia mengaku kerap kesulitan bila air di tandonnya habis. Berkaca dari tahun lalu, ia mesti membeli air Rp 100 ribu untuk dua tandon. “Musim kemarau tahun lalu, dalam sebulan bisa 2 sampai 4 kali beli air. Karena yang pakai banyak tentu air cepat habis. Satu tandon paling hanya bertahan 10 hari,” bebernya.
Menanggapi hal tersebut Direktur PDAM Balikpapan Haidir Effendi mengatakan dirinya tidak menerima laporan kegiatan di kawasan tersebut. Tindak perbaikan maupun pipa bocor di kawasan Balikpapan Barat disebutnya nihil. Disinyalir air tak mengalir di daerah Balikpapan Barat yang kebanyakan perbukitan dikarenakan tekanan air tak merata. Hal tersebut boleh jadi karena banyak pengguna atau masyarakat yang tinggal di kawasan rendah banyak memanfaatkan air, terlebih jelang akhir pekan.
“Sudah saya konfirmasi ke jajaran, tidak ada laporan perbaikan atau pipa bocor, distribusi pun masih normal,” sebutnya.
Sebagaimana sering dia utarakan, penggunaan air di musim kemarau kerap mengalami peningkatan. Sehingga turut berimbas pada pelanggan yang berada di permukiman atas (perbukitan) atau jauh dari sambungan pipa PDAM, karena tekanan air turun. Khususnya saat pagi dan sore hari banyak pelanggan yang menggunakan air secara bersamaan yang membuat distribusi air tidak merata.
“Sabtu-Minggu itu jumlah pemakai terbanyak. Kalau saya mengindentifikasinya pemakaian terlalu tinggi, bisa pula di luar pelanggan eksisting juga pakai atau membeli dari pelanggan yang ada. Jadi tekanan air turun tidak bisa mencapai perbukitan,” bebernya.
Secara umum ia menyebut, persediaan air baku PDAM di Waduk Manggar masih cukup. Empat hari berselang, ketinggian air di Waduk Manggar berkurang 2,5 cm dari sebelumnya 9,5 meter. Masih mampu melayani masyarakat, terutama 101 ribu pelanggan eksisting.
“Laporan-laporan masih terus masuk, termasuk di IPAM kita coba cek. Karena tidak ada kerusakan jadi kita masih terus cari tahu. Tapi seperti yang saya katakan tadi, kemungkinan karena pemakaian air di daerah rendah masih tinggi,” ujarnya. (lil/ms/k18)