Dipuji Tidak Terbang, Dicaci Tidak Tumbang

- Senin, 16 September 2019 | 10:44 WIB

Ragu melangkah keluar, menghadapi hal yang belum pasti. Semua orang terlena dengan zona nyaman. Namun tidak dengan Jenny Marini. Meski karier di dunia perhotelan belum sampai empat tahun, dia ditawari menduduki posisi tertinggi.

 

DIA Diberi kabar akan menduduki posisi GM periode selanjutnya. Kaget, tak sangka, senang, namun di satu sisi Jenny Marini galau sebab itu merupakan posisi yang memiliki tanggung jawab besar.

“Respons pertama saat diberitahu ya pastinya kaget. Mengingat saya tidak punya banyak pengalaman di bidang perhotelan. Ditambah, saya termasuk pemain baru dalam dunia ini. Alasan GM sebelumnya mengatakan jika melihat bukan karena skill melainkan karakter unggul, katanya sih,” ucapnya saat disambangi tengah pekan lalu.

Mendapat tawaran tersebut, Jenny tak langsung memberi jawaban. Dia meminta saran suami. Jenny mengira jika suami akan melarang, mengingat kewajiban dan tanggung jawab yang besar akan diikuti dengan jadwal kerja yang semakin padat.

Tidak sesuai bayangan, dirinya malah mendapat restu bahkan dukungan. Mendapat respons baik, Jenny berusaha memantapkan diri sebelum akhirnya menerima tawaran menjadi GM Hotel Horison Samarinda.

“Saya menganggap ini cara Allah untuk memaksa saya lebih mengasah kemampuan. Sebab, jika terus berada di zona nyaman pasti saya enggak bisa mengukur seberapa jauh kemampuan yang saya punya,” jelasnya.

Pada Juli 2017, dirinya resmi naik jabatan. Meski sukses memantapkan diri, Jenny tetap saja merasa gundah dan khawatir jika dirinya membuat salah. Mendapat kritikan merupakan hal yang berusaha dia hindari. Tak hanya itu, dirinya juga mengaku kurang bisa bersosialisasi dengan baik.

Kandati demikian, Jenny memiliki jiwa yang suka dengan tantangan. Walhasil, dengan kekurangan yang dia miliki, dirinya tetap bisa mencari solusi untuk berubah menjadi lebih baik.

“Kritik itu hal yang baru saja saya sadari manfaatnya. Hal yang seharusnya tidak saya hindari tapi dicari. Misal, harus inisiatif tanya testimonial kepada tamu duluan. Jika sudah ketemu kurangnya, kemudian dibenahi sesegera mungkin,” beber perempuan kelahiran 1981 itu.

Begitu banyak pengalaman yang bisa dipelajari. Khususnya perihal stigma kepemimpinan yang sering dikaitkan dengan gender. Jenny tidak begitu fokus terhadap stigma tersebut. Melainkan berusaha menjalankan kewajiban dengan baik. Sebab, dengan hasil karya dan dedikasi tinggi, dirinya yakin stigma itu akan hilang dengan sendirinya.

“Awalnya juga sedikit kaku karena saat acara besar pertemuan GM hotel se-Kalimantan, mayoritas laki-laki. Bahkan meski statusnya bersaing, tapi mereka semua tidak pernah pelit ilmu. Jadinya saya bisa belajar dari GM hotel lainnya yang lebih banyak pengalaman,” ujarnya.

Terus menjadi orang yang haus ilmu merupakan karakter yang terus dia tanamkan dan pertahankan. Jenny menjelaskan jika ada satu prinsip yang selalu dia pegang teguh, yakni dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang.

“Bahkan, dalam waktu dekat saya akan membentuk tim khusus yang akan saya bentuk agar memiliki mental baja dan bisa menggantikan saya kelak. Jabatan cuma titipan, jadi saling berbagi harus tetap saya lakukan,” pungkasnya. (*/nul*/rdm2)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X