Tekanan yang Membuat Out of Control, Merasa Akan Segera Mati

- Senin, 16 September 2019 | 10:34 WIB

TEKANAN yang begitu besar datang menjelang proses penyusunan tesis. Sehingga membuat salah satu mahasiswa pascasarjana di Samarinda ini mengalami panic attack.

Umumnya disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan psikologis dan sosial. Hampir semua mahasiswa akhir merasakan tekanan pada proses penyusunan tugas akhirnya. Namun, berbeda pada BL. Dia merasakan tekanan yang lebih dibandingkan teman-temannya. Serangan panik atau panic attack berawal dari depresi yang mendalam pada diri.

Tekanan itulah yang membuat BL terserang panic attack. Pada awalnya mahasiswa pascasarjana itu tidak menyadari bahwa dia terkena panic attack. “Saya merasa benar-benar cemas dan takut. Saya tidak tahu apa yang terjadi, tapi saya merasa diri saya berada dalam mara bahaya”, ujarnya.

Psikiater Eka Yuni Nugrahayu menyatakan bahwa pasien yang terkena panic attack biasanya tiba-tiba berpikir seperti akan segera mati.

“Saat itu merasa sudah out of control. Merasa semua orang di sekitar sudah berubah. Dan merasa sudah dekat waktunya (meninggal),” ujar BL.

Namun, rasa itu akan menghilang beriringan saat panic attack mereda. Yang dilakukan oleh BL saat itu langsung menghubungi dosen. Lalu dosen menyarankan untuk datang ke psikiater. Langkah yang dilakukannya tepat, dengan berkonsultasi kepada psikiater.

Psikiater menyarakankan untuk tanpa obat dulu (relaksasi). Namun, selang waktu satu minggu, serangan itu muncul lagi. “Saya diberi obat antidepresan dan obat penenang. Saya konsumsi hanya sebulan. Bulan kedua dosis diturunkan. Bulan ketiga sudah tidak mengkonsumsi obat penenang lagi,” jelas BL.

“Sudah mengonsumsi selama empat tahun. Pernah coba berhenti. Namun, empat bulan kemudian kambuh lagi. Selama empat tahun itu dosis obat yang diberikan semakin rendah,” lanjut BL.

Pengobatan untuk serangan panik memang memerlukan waktu. “Pada tahap awal, biasanya pasien diberi obat antidepresan golongan SSRI sebagai terapi lini pertama. Serta, kadang diberikan sejenis obat penenang golongan benzodiazepine (seperti clobazam dan diazepam),” jawab psikiater Eka Yuni Nugrahayu dari Apotek Mitra Sahabat Samarinda.

Spesialis kejiwaan itu menjelaskan bahwa, pada minggu awal, antidepresan belum bekerja secara optimal untuk menghilangkan kecemasan. Akan dinilai pada minggu selanjutnya untuk mengetahui ada kemajuan atau tidak. Apabila tidak ada kemajuan, maka dokter akan menambah atau mengurangi dosis yang akan diberikan.

Panic attack biasanya banyak menyerang orang yang perfeksionis. Orang-orang yang gampang cemas harus menyadari bahwa dia mudah cemas. Apa yang membuat cemas dan tahu pemicunya.

Pengalaman serangan panik menjadi salah satu pengalaman yang menakutkan. Butuh proses mengatasinya. “Alhamdulillah sekarang sudah free dari obat. Saya juga sembuh dari serangan panik yang saya alami,” tutup BL. (*/sla*/rdm2)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X